Konsensus 3 Ekonom: Neraca Perdagangan Februari 2018 Kembali Defisit

15 Maret 2018 8:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar Muat Peti Kemas. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar Muat Peti Kemas. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan neraca perdagangan Indonesia selama bulan Februari 2017, pada Kamis (15/3) hari ini. Sejumlah ekonom telah memprediksi bahwa selama bulan lalu neraca perdagangan akan mencatatkan defisit.
ADVERTISEMENT
Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memproyeksikan defisit neraca perdagangan selama Februari 2018 sebesar USD 200 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun (kurs Rp 13.700). Kinerja ekspor diprediksi tumbuh 12,2% secara tahunan (year on year/yoy) dan impor tumbuh lebih tinggi sebesar 26,3% (yoy).
"Kami memperkirakan neraca perdagangan mencatat defisit di bulan Februari, sekitar USD 0,2 miliar. Pertumbuhan impor mengungguli ekspektasi kami pada bulan Januari dan dapat meningkatkan kinerja lainnya pada 26,3% (yoy) di bulan Februari," ujar Gundy kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (15/3).
Pertumbuhan ekspor yang diperkirakan mencapai 12,2% tersebut sedikit lebih baik dari 7,9% di bulan Januari. Menurutnya pemulihan investasi juga mendorong permintaan domestik.
"Kami menilai bahwa pemulihan pertumbuhan investasi juga bertanggung jawab untuk mengangkat permintaan domestik," katanya.
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penukaran Uang Dolar dan Rupiah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Ekonom Senior Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi, neraca perdagangan selama Februari akan mencatatkan defisit sebesar USD 319 juta atau sekitar Rp 4,3 triliun. Angka ini lebih baik dibandingkan pada Januari yang defisit USD 677 juta.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekspor bisa cenderung flat pada 8,3% (yoy). Hal ini karena adanya tren campuran pertumbuhan harga komoditas (batu bara dipercepat, namun minyak melambat).
Di sisi lain, tren pertumbuhan impor yang kuat dapat bertahan di 23,1% (yoy) karena melonjaknya ekspor China ke Indonesia dan indeks manufaktur ekspansif.
"Kami perkirakan defisit USD 319 juta," kata dia.
Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira juga memprediksi adanya defisit neraca perdagangan selama bulan lalu sebesar USD 250-300 juta atau sekitar Rp 4 triliun. Defisit disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor akibat koreksi harga beberapa komoditas, salah satunya CPO.
"Dari sisi impor migas nilainya diprediksi meningkat, terlebih karena kurs rupiah sepanjang Februari melemah. Pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal masih akan tinggi menunjukkan kenaikan permintaan dari industri manufaktur," kata Bhima.
Bea dan Cukai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bea dan Cukai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Bank Indonesia (BI) sebelumnya memperkirakan neraca perdagangan Indonesia selama Februari 2018 akan mengalami defisit sebesar USD 230 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun (kurs Rp 13.500). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, yang juga mengalami deisit sebesar USD 670 juta.
ADVERTISEMENT
"Neraca perdagangan akan defisit USD 230 juta. Neraca dagang ini nantinya di transaksi berjalan terlihat di kisaran 2,1% dari PDB dari 2017 yang 1,7% dari PDB," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 tercatat defisit senilai USD 670 juta.
Ekspor pada periode tersebut mencapai USD 14,46 miliar atau turun 7,86% (yoy), sementara impor senilai USD 15,13 miliar atau tumbuh 26,44% (yoy).