Konsumsi Jadi Penyelamat Pertumbuhan Ekonomi RI di Kuartal III

5 November 2019 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Harga Kebutuhan pokok dan sembako di Pasar Senen, Senin (3/9/2018). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Harga Kebutuhan pokok dan sembako di Pasar Senen, Senin (3/9/2018). Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi selama kuartal III 2019 hanya 5,02 persen secara tahunan (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,17 persen (yoy) maupun kuartal sebelumnya yang sebesar 5,05 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga merupakan satu-satunya komponen yang tumbuh dalam struktur produk domestik bruto (PDB). Selama periode Juli-September 2019, konsumsi rumah tangga sebesar 5,01 persen, tumbuh tipis dibandingkan kuartal III 2018 yang sebesar 5,00 persen.
Seluruh komponen dalam konsumsi rumah tangga pun menunjukkan pertumbuhan yang positif, meskipun beberapa mengalami perlambatan. Sektor kesehatan dan pendidikan menunjukkan pertumbuhan yang paling signifikan, tumbuh 7,34 persen (yoy) di kuartal III 2019, melesat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 5,36 persen (yoy).
Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto (tengah) menyampaikan konpres PDB kuartal III 2019 di Gedung BPS, Jakarta. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sementara komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya melambat menjadi hanya 3,99 persen (yoy). Padahal di kuartal III 2018, komponen ini mampu tumbuh 4,66 persen (yoy).
"Untuk konsumsi, ini memang kalau dibandingkan kuartal sebelumnya melambat. Di kuartal II 2019, konsumsi 5,17 persen (yoy) karena ada momen puasa, lebaran, liburan. Tapi kalau dibandingkan kuartal III 2018, ini angkanya masih tumbuh," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (5/11).
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sektor pengeluaran yang paling anjlok adalah konsumsi pemerintah. Di kuartal III 2019, pertumbuhannya hanya 0,98 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang bisa tumbuh 8,08 persen (yoy).
Konsumsi pemerintah yang anjlok tersebut karena realisasi belanja barang dan jasa serta bantuan sosial yang turun di kuartal III 2019.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi belanja modal mencapai Rp 80,4 triliun, mencapai 42,5 persen dari target. Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 44,1 persen dari target.
Sementara belanja barang mencapai Rp 204,2 triliun dan belanja bansos mencapai Rp 86,9 triliun.
"Penurunan konsumsi pemerintah ini karena adanya penurunan belanja bansos untuk konsumsi individu, terutama didorong penurunan belanja penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan sosial," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi hanya tumbuh 4,21 persen (yoy) di kuartal III 2019. Angka ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh hingga 6,96 persen (yoy).
Hampir seluruh komponen investasi merosot di kuartal III 2019. Terparah adalah komponen kendaraan yang turun 6,36 persen (yoy), padahal di kuartal III 2018 komponen ini masih tumbuh 0,95 persen (yoy).
"Untuk investasi hanya komponen cultivated biological resources (CBR) yang tumbuh 3 persen karena adanya impor barang modal sejenis. Sisanya melambat dan beberapa justru terkontraksi," katanya.
Komponen Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) juga hanya tumbuh 7,44 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu 8,59 persen maupun kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 15,28 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Ini bisa dimaklumi karena di kuartal III ini sudah selesai masa Pemilu dan Pilkada," kata Suhariyanto.
Untuk ekspor, selama kuartal III 2019 hanya mampu tumbuh 0,02 persen (yoy), anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh 8,08 persen (yoy). Namun realisasi ini meningkat jika dibandingkan kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,98 persen.
Sementara impor terkontraksi 8,61 persen (yoy), juga anjlok jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh 14,02 persen (yoy).
"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kali ini lebih didorong oleh konsumsi rumah tangga, terutama pada kelompok kesehatan dan pendidikan. Share-nya mencapai 56,52 persen terhadap PDB," tambahnya.