Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
kumparan Gelar Diskusi di Unpad, Dorong Mahasiswa Berani Cari Cuan Sambil Kuliah
3 Oktober 2023 13:40 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 14 November 2023 11:54 WIB
ADVERTISEMENT
Kumparan menggelar acara Anak Bangsa Curhat di Universitas Padjajaran atau Unpad , Jatinangor, Kabupaten Sumedang, pada Selasa (3/10). Kali ini, Anak Bangsa Curhat mengangkat tema 'Kreativitas Mahasiswa: Cari Cuan Sambil Kuliah'. Acara ini merupakan salah satu rangkaian dari kumparan Pemilupedia.
ADVERTISEMENT
Berlokasi di Auditorium Pascasarjana Fikom Unpad, acara dimulai pukul 09.00 WIB. Acara tersebut pun mendapat respons positif dari para mahasiswa. Sejak pagi, mereka terlihat sudah mengantre masuk ke dalam auditorium. Sebelum masuk ke auditorium, para mahasiswa itu diminta untuk terlebih dahulu menulis curhatan pada secarik kertas kemudian dimasukkan dalam bilik curhat. Ada lebih dari 200 mahasiswa yang hadir.
Acara lalu dibuka dengan diskusi yang menghadirkan tiga narasumber yakni Eva Alicia selaku entrepreneur dan content creator, Dr. Nindi Aristi selaku Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Unpad, dan Hudzaifah Zaid Abdurrahman atau dikenal Zaid dari mahasiswa ilmu komunikasi yang sedang menjalankan bisnis di bidang asuransi sambil berkuliah.
Eva lalu menceritakan soal rentetan kegagalan yang pernah dialaminya selama ini. Dia menilai bahwa kegagalan di masa muda adalah hal yang wajar dan patut dirasakan oleh tiap orang yang hendak menjalankan bisnis.
ADVERTISEMENT
"Kamu masih muda dan harga gagal dan kuota alay kamu masih ada," kata dia.
Eva yang mempunyai hobi melukis bahkan mengaku sempat menjajal berbagai konten mulai dari tutorial memasak, mengajar bahasa Inggris, hingga menjepit alis di TikTok. Ketika itu, penontonnya belum sebanyak sekarang.
"Aku dulu sempat ngajar bahasa Inggris tutorial masak, jepit alis mata di TikTok, random isinya," ujar dia.
Jika pun minim penonton, Eva menegaskan tak ada yang peduli atas kegagalannya. Maka, dia menekankan pada mahasiswa agar berani untuk memulai sebuah bisnis. Rentetan kegagalan dinilainya merupakan hal yang wajar.
"Jadi, pertanyaannya kamu kapan mau jemput (bisnis dari nol itu?" ungkap dia.
Hal hampir senada dikatakan Zaid. Dia mengaku sudah mulai menjalankan bisnis sejak duduk di bangku SD. Saat itu, dia menjual sejumlah mainan ke beberapa teman sebayanya demi mendapat uang.
ADVERTISEMENT
"Pas SD kayak ada yang kartu pokemon, saya jualin tuh, saya ke warnet saya nge-print gambar tuh Rp 500 rupiah, itu dijual bisa Rp 1.000. SMP juga macam-macamlah," papar dia.
Dari pengalamannya berbisnis, Zaid mendapatkan keuntungan karena relasinya semakin berkembang hingga dapat berada di posisinya sekarang dengan menjalankan bisnis di bidang asuransi.
Zaid pun menekankan kepada rekannya sesama mahasiswa agar tak takut dalam memulai. Jika sudah dijalankan, sebuah bisnis akan menemukan pangsa pasarnya sendiri.
"Jadi dari barang yang sudah ada saya coba jualin, jadi banyak bangetlah opportunity," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Unpad, Dr. Nindi Aristi, mengatakan pihak kampus selalu mendorong mahasiswanya untuk menjalankan bisnis di samping menjalani perkuliahan. Sejak semester satu, mahasiswa di Unpad sudah diberi materi perkuliahan mengenai kewirausahaan.
ADVERTISEMENT
"Sejak semester satu, kita sudah memperkenalkan ada salah satu mata kuliah kewirausahaan, itu bagaimana mereka mahasiswa untuk berwirausaha dan juga kemampuan berpikir kreatif," kata dia.
Kemudian, kata Nindi, di Unpad juga ada lembaga bernama Oorange yang ditujukan sebagai inkubator bisnis. Di sana, ide berwirausaha yang dimiliki oleh mahasiswa dapat didiskusikan. Bahkan, tak menutup kemungkinan mahasiswa memperoleh modal usaha dari Oorange.
"Ada yang berjualan yogurt lalu susu sapi kemasan, kemasan yang lebih kekinian, dan macam-macam lah, kita memberikan ruangan tersebut," papar dia.
Setelah diskusi bersama tiga narasumber tersebut, acara dilanjutkan dengan sesi curhat yang dipandu oleh Mbak Kumparan. Curhatan yang dituliskan oleh para mahasiswa dibacakan. Isinya beragam.
Mahasiswa bernama Ari, misalnya, curhat mengenai hubungan dengan kekasihnya yang harus berakhir. Kemudian, Violeta curhat mengenai masih kurangnya berbagai fasilitas bagi mahasiswa di Unpad seperti ketersediaan transportasi, penerangan jalan, hingga uang parkir.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya ini ekspektasi aku masuk Unpad itu kan fasilitas bakal bagus, ternyata kayak gini. FIB (Fakultas Ilmu Budaya) gratis tapi di Fikom bayar. Kenapa bayar? Padahal kita udah bayar UKT juga. Lampu bener gelap terutama waktu aku pulang ospek," kata dia.
Selain itu, adapula Ariq yang curhat soal kekhawatiran terkait pekerjaan apabila nantinya sudah lulus kuliah. Dia mengaku takut bersaing dengan para pencari kerja lain ketika mencari pekerjaan.
"Takut kalah saing aja sebenernya mah. Takut gak dapet kerja," keluh dia.
Setelah melalui rangkaian sesi curhat, mahasiswa dan para narasumber berfoto bersama. Kemudian, acara ditutup dengan stand up comedy yang disampaikan Komika, Ali Akbar.
Reporter: Rachmadi