Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Laba MTEL di Semester I 2023 Mengesankan, Ini Proyeksi Kinerjanya di Akhir Tahun
2 Agustus 2023 10:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Anak usaha Telkom Group ini, diyakini sejumlah analis dan sekuritas akan sanggup mengantongi laba hingga Rp 2 triliun pada akhir tahun. Jika terwujud, angka itu mencatatkan persentase pertumbuhan di atas rata-rata industrinya.
Apalagi kinerja keuangan MTEL di sepanjang semester I 2023, sudah sejalan dengan ekspektasi pelaku pasar.
“MTEL mencatatkan laba bersih Rp 1 triliun (+15 persen yoy) di 1H23-in-line dengan proyeksi kami atau consensus (48 persen),” tulis analis IndoPremier Sekuritas, Giovanni Dustin, dikutip Selasa (2/8).
Sementara itu Morgan Stanley dalam laporan riset terbarunya memperkirakan laba bersih MTEL tembus Rp 2,05 triliun. Angka itu setara pertumbuhan 15 persen yoy. Senada dengan Morgan Stanley, Trimegah Sekuritas selaku broker lokal juga memproyeksi laba bersih tembus Rp 2,05 triliun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, BCA Sekuritas memprediksi laba bersih MTEL untuk tahun 2023 bakal mencapai Rp 2,09 triliun. Sedangkan IndoPremier Sekuritas dan CGS-CIMB Sekuritas, masing-masing melihat laba bersih MTEL dapat tembus Rp 2,11 triliun dan Rp 2,13 triliun atau tumbuh 17-18 persen dari tahun lalu.
Kenaikan Pendapatan dan Efisiensi
Perolehan laba bersih MTEL yang mengesankan di paruh pertama 2023, terutama didongkrak oleh kenaikan revenue dan efisiensi operasional yang membuat beban Perseroan tumbuh lebih rendah dari pendapatan.
Pendapatan MTEL naik 10,8 persen yoy mencapai Rp 4,1 triliun, terutama disebabkan karena adanya tambahan tenant selama 2023 ini, yang sebanyak 2.712 tenant. Sehingga kontribusi pendapatan dari segmen bisnis tower mencapai 84 persen dari total pendapatan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu dari sisi kinerja operasional, Earnings Before Interest Tax Depreciation and Amortization atau EBITDA Perseroan tercatat mencapai Rp 3,4 triliun per semester I 2023 atau naik 16,1 persen yoy dari Rp 2,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan EBITDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan mengindikasikan perbaikan marjin. Pada semester I 2023, marjin EBITDA MTEL tercatat mencapai 81,2 persen atau naik 3,68 poin persentase (pp), dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 77,5 persen.
Hasil Tanam Kini Dituai di Musim Panen
Direktur Utama (Dirut) Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, menjelaskan pencapaian kinerja semester I 2023 merupakan hasil dari ekspansi yang digelar beberapa tahun terakhir. Sejak sebelum IPO pada November 2021, perseroan mengakuisisi ribuan menara, memperluas jaringan fiber optik, dan meningkatkan bisnis pendukung.
ADVERTISEMENT
Ekspansi ini, papar pria yang akrab disapa Teddy itu, dilakukan serentak terutama di luar pulau Jawa.
Dia menambahkan, ekspansi itu sejalan dengan pergerakan pelaku industri operator telekomunikasi yang agresif bergerak ke luar Jawa. Permintaan di luar pulau Jawa akan terus meningkat, dipacu oleh pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
"Sekarang kami menikmati musim panen dari strategi yang kami lakukan sebelumnya,” imbuh dia.
Teddy menjelaskan tantangan pelaku industri menara ke depan adalah kemampuan monetisasi aset dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dari sinilah perseroan dapat meningkatkan pendapatan dengan beban biaya relatif lebih rendah karena mengoptimalkan potensi aset eksisting.
“Banyak investor bertanya, dengan jumlah penguasaan menara dan serat optik seperti saat ini, apakah MTEL akan tetap tumbuh. Jawabannya, ruang pertumbuhan masih terbuka lebar. Fokus kami saat ini adalah monetisasi bisnis, optimalisasi aset dan meningkatkan kualitas pelayanan. Ini akan menjadi titik baru pertumbuhan bisnis Mitratel,” papar pria asal Yogyakarta itu.
ADVERTISEMENT
Soal monetisasi itu, Teddy menjelaskan MTEL bisa mendulang pendapatan baru dari menara eksisting dengan menambah produk layanan. Hal yang sama juga terjadi pada bisnis serat optik. “Jadi, pelanggan kami saat ini terbiasa memesan jasa dalam satu paket; jasa sewa tower dan sewa power. Jadi, bisnis kami tidak lagi sekadar sewa menara. Monetisasi ini akan terus berlanjut ke peluang bisnis lain, terutama ketika permintaan pelanggan terhadap layanan 5G terus meningkat,” pungkas Dirut Mitratel itu.