Langkah Strategis Kementerian Investasi Jadikan KITB Destinasi Investasi Global

5 Agustus 2024 17:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (5/8/2024). Foto: Kementerian Investasi/BKPM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri peresmian Kawasan Industri Terpadu Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (5/8/2024). Foto: Kementerian Investasi/BKPM
ADVERTISEMENT
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus mendorong realisasi kawasan industri dan peluang investasi yang berdampak pada perluasan lapangan kerja lokal maupun nasional. Salah satunya, melalui peresmian operasional Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Jawa Tengah, pada Jumat (26/7) lalu.
ADVERTISEMENT
Dengan kehadiran KITB ini, pemerintah menargetkan serapan tenaga kerja dalam negeri mencapai 250 ribu orang dalam kurun waktu sekitar sepuluh tahun. Langkah ini menjadi salah satu solusi andal dalam upaya mengurangi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia sebesar 4,8% per Februari 2024, yang telah turun sebesar 0,63% dibanding 2023.
Saat peresmian KITB, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, “Sudah ada 18 perusahaan yang tergabung dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 19 ribu orang dengan total investasi lebih dari Rp 14 triliun. Nantinya, KITB akan menjadi lokasi pembangunan katoda dari ekosistem baterai mobil listrik yang dioperasikan oleh LG Group yang akan dimulai September setelah studi kelayakan selesai pada Agustus 2024 mendatang.”
ADVERTISEMENT
Dari seluruh perusahaan tersebut, sebanyak tiga perusahaan telah mulai beroperasi, dua perusahaan dalam tahap persiapan operasional, enam perusahaan dalam tahap konstruksi, dan lima perusahaan dalam tahap pre-konstruksi.
Potensi relokasi industri melalui KITB sangatlah besar dan Kementerian Investasi/BKPM mendukung realisasi relokasi tersebut. Proyek KITB seluas 4.300 hektare ini dirancang untuk menarik investasi asing sehingga nantinya akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam hal ini, Kementerian Investasi/BKPM berperan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional dan meningkatkan daya saing Indonesia sebagai destinasi investasi.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, infrastruktur di pulau Jawa akan semakin banyak termasuk jalan tol yang sudah ada dan yang masih akan dibangun di tahun mendatang. Menurut dia, aspek akses ini menjadi pertimbangan para calon investor karena mampu menekan biaya logistik. Bahlil mencontohkan, salah satu kemudahan di KITB adalah jarak tempuh ke akses jalan tol terdekat hanya sekitar 350 meter.
Presiden Joko Widodo meresmikan Kawasan Industri Terpadu Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (5/8/2024). Foto: Kementerian Investasi/BKPM
Perkembangan proyek KITB ini sudah menjadi perhatian khusus Presiden Joko Widodo sejak 2020 silam. Pada Juni 2020, Jokowi telah menugaskan Menteri Investasi untuk melakukan peninjauan pertama KITB dan melihat potensi relokasi investasi asing ke Indonesia. Peninjauan kembali juga dilakukan pada 2022 lalu, hingga prosesi groundbreaking pabrik PT Wavin Manufacturing Indonesia sebagai perusahaan pertama asal Belanda di KITB yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar Asia Pasifik.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, beberapa pabrik sudah beroperasi di KITB. Sebut saja KCC Glass, pipa plastik Wavin, serta beberapa pabrik lain yang akan menyusul dalam waktu dekat. KITB menyediakan utilitas dasar yang lengkap dan berorientasi pada keberlanjutan, termasuk industri berbasis teknologi (SEG Solar), penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan Water Treatment Plant (WTP).
KITB juga memiliki fasilitas Waste-Water Treatment Plan (WWTP), dan Sewage Treatment Plant (SWTP) serta infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan. Selain itu, ada juga fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, hingga bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.