news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Laut RI Kaya, Menteri Edhy Sesalkan Banyak WNI Kerja sebagai ABK di Luar Negeri

28 Mei 2020 16:06 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal Kapal Pesiar MV Dream Explorer tiba di Pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal Kapal Pesiar MV Dream Explorer tiba di Pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyoroti banyaknya nelayan atau Anak Buah Kapal (ABK) Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di luar negeri. Ia mencontohkan di Sabah, Malaysia ada sekitar 10 ribu ABK WNI.
ADVERTISEMENT
Nelayan di wilayah tersebut yang pernah mendapatkan masalah saat ditangkap atau disandera oleh Abu Sayyaf.
“Salah satu sumber masalahnya adalah banyaknya nelayan Indonesia yang kerja di Sabah, Malaysia jumlahnya sampai ribuan bahkan 10 ribu terakhir data, waktu terakhir datanya ada 4.900 tapi data yang kami dapat terakhir hampir 10 ribu. Ini komunikasi dengan Kemlu dan ini mau dikemanakan,” kata Edhy saat konferensi pers secara virtual, Kamis (28/5).
Edhy merasa kondisi tersebut kurang tepat. Sebab, kata Edhy, di dalam negeri banyak kesulitan mencari tenaga kerja nelayan atau ABK. Ia mengaku tidak mau mempekerjakan ABK yang berasal dari luar negeri.
“Di sisi lain di Indonesua sulitnya mencari ABK, bahkan selalu kalau ada investor masuk kalau bisa ABK nya dari luar negeri untuk penangkapan saat ini tidak akan kami izinkan,” ujar Edhy.
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat Raker Komisi IX DPR RI, Jakarta (12/2). Foto: Helmi Afandi/kumparan
Edhy menjelaskan, potensi lapangan pekerjaan sektor kelautan dan perikanan dari sisi ikan tangkap dalam negeri sebenarnya cukup besar. Ia membeberkan, saat ini di Indonesia baru bisa panen ikan laut itu 7,9 juta ton. Sementara kapasitas potensi ikan laut ada 12,5 juta ton.
ADVERTISEMENT
Apabila hanya diizinkan menangkap 80 persen saja, ada potensi 10,5 juta ton. Edhy mengatakan kalau selama ini baru menangkap sekitar 8 juta ton, maka masih ada 2,5 juta ton yang bisa dimaksimalkan.
“1 juta ton seandainya 1 kapal dengan ukuran 100 GT akan membutuhkan 10 ribu kapal, 10 ribu kapal kalau 1 kapal punya perlu ABK 30 berarti perlu 300 ribu,” ungkap Edhy.
“Nah ini potensi. Kalau 10 ribu dari Sabah itu kembali, saya yakin kita masih btuh 300 ribu,” tambahnya.
Seorang nelayan bersiap untuk memancing di Pantai Pandawa di Kuta Selatan, Bali, Indonesia, selama ditutup bagi wisatawan akibat wabah corona, Senin (23/3). Foto: REUTERS/Johannes P. Christo
Edhy menuturkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor perikanan dan kelautan itu harus disiapkan dengan baik. Ia berharap banyak tenaga dari Indonesia yang diserap.
“Ini dari mana kita harapkan dari tenaga kerja baru lulusan-lulusan dari kampus-kampus, dari sekolah SMK perikanan, di kami saja setiap tahun meluluskan 2.300 lulusan untuk jurusan perikanan. Itu macam-macam ada budi daya, pengolahan hasil, juga ada juga untuk tangkap,” tutur Edhy.
ADVERTISEMENT
Selain dari sektor ikan tangkap, Edhy Prabowo menganggap potensi perikanan budi daya juga cukup besar. Sehingga harus bisa dimanfaatkan secara maksimal khususnya oleh tenaga kerja dalam negeri.