Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Laut Sulawesi Salah Satu Lumbung Tuna Raksasa di Indonesia
3 Oktober 2018 14:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Laut Indonesia menjadi salah satu lumbung perikanan dunia, salah satunya berasal dari wilayah Sulawesi. Perairan wilayah timur ini, memang kaya dengan berbagai jenis ikan tangkap. Yang paling banyak ditangkap dan bernilai ekonomi tinggi adalah tuna dan cakalang.
ADVERTISEMENT
Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP ), Zulficar Mochtar, menyatakan hampir sebagian besar produksi perikanan tangkap berasal dari provinsi di Pulau Sulawesi. Ada juga wilayah lain yang produksi perikanannya naik tinggi.
"Provinsi yang paling tinggi kenaikan produksinya adalah Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah," katanya kepada kumparan, Rabu (3/10).
Diakui dia, KKP terus bekerja keras meningkatkan produksi perikanan tangkap. Caranya dengan memberantas habis praktik illegal fishing , pemberian bantuan berupa kapal dan alat tangkap, hingga kemudahan perizinan. Selain itu, upaya peningkatan produksi perikanan tangkap juga akan dilakukan di beberapa provinsi yang angka produksinya rendah, seperti Jambi dan Yogyakarta.
"Kebijakan yang dilakukan adalah untuk perikanan yang berkelanjutan, termasuk pelarangan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan," sebutnya.
Sementara itu Ketua LSM Yayasan Mattirotasi, Sudarman, mengatakan Tuna yang sering ditemui di wilayah laut Indonesia timur adalah jenis sirip kuning (yellow fin) dan mata besar (big eye). Pulau Sulawesi sangat beruntung karena populasi kedua jenis tuna tersebut sangat banyak.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, nelayan Bone di Sulawesi Selatan sering menangkap kedua jenis ikan tuna tersebut. Bahkan bobot tuna yang ditangkap besar-besar.
"Tangkapan tahun 2013 saja dulu beratnya 110 kg dengan panjang 180 cm," ungkap Sudarman dihubungi terpisah.
Untuk mendapatkan ikan tuna raksasa tersebut, nelayan Bone hanya menggunakan pancing ulur. Pancing ulur yang digunakan adalah tali utama bernomor 150 dan tali cabang bernomor 100 dengan mata kail tunggal bernomor 4-8. Alat tangkap ini sangat ramah lingkungan.
"Proses nangkapnya sekitar 3 sampai 4 jam," imbuhnya.
Setelah itu, ikan ditimbang dan dijual ke pengepul untuk segera dikirim ke Makassar. Pada saat itu, harga jual tuna masih cukup rendah, hanya Rp 30.000 per kg. Sehingga ikan tuna berbobot 110 kg hanya dihargai Rp 3,3 juta.
ADVERTISEMENT