Lesotho dan Togo Ingin Belajar Bisnis Jalan Tol dari Indonesia

22 Agustus 2019 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto bersama pemerintah Indonesia dan pemerintah Afrika usai melakukan penandatanganan kerjasama dalam bidang infrastruktur dan transportasi. Foto: Dok. Humas Kementerian BUMN
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama pemerintah Indonesia dan pemerintah Afrika usai melakukan penandatanganan kerjasama dalam bidang infrastruktur dan transportasi. Foto: Dok. Humas Kementerian BUMN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dua negara Benua Afrika, Lesotho dan Togo, ingin mempelajari skema bisnis pembangunan jalan tol di Indonesia.‎ Selama ini, Indonesia sukses membangun jalan tol dengan partisipasi swasta, tak murni uang negara.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Peng‎atur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit, menyebut Lesotho ingin belajar mengenai skema bisnis pembangunan jalan tol karena negara itu hingga saat ini belum memiliki jalan tol.
Sementara untuk Togo ingin mempelajari skema bisnis pembangunan jalan tol lantaran belum berpengalaman membangun dengan partisipasi swasta. Kedua negara itu tertarik meniru skema bisnis jalan tol di Indonesia.
"Mereka ingin belajar consessioning, itu yang pertama," bebernya saat ditemui di kawasan Nusa Dua, Bali, Kamis (22/8).
Foto udara jalan tol Pejagan-Pemalang ramai di Brebes Timur, Jawa Tengah, Sabtu (1/6). Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Adapun consessioning merupakan kontraprestasi yang diberikan pemerintah Indonesia bagi badan usaha yang membangun jalan tol dalam bentuk hak pengelolaan. Badan usaha akan menerima pendapatan tol yang dibangun dalam waktu tertentu.
"Mereka juga ingin belajar beberapa teknologi perkerasan (aspal) di kita. Ini karena mereka request, maka salah satu offer dari kita adalah sharing experience," papar Danang.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, Benua Afrika merupakan pasar potensial untuk pembangunan jalan tol. Oleh karenanya, saat ini BPJT Kementerian PUPR mengarahkan badan usaha dalam negeri untuk mempelajari pasar di Afrika.
"Kita memang dorong, sementara ini kan fokus banyak pekerjaan di dalam negeri. Tapi memang di antara mereka, saya dorong untuk menjajaki internasional," katanya.