Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Lewat The Great Shifting, Rhenald Kasali Cerita Model Bisnis Zaman Now
21 Juli 2018 16:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali merespons fenomena disruption bisnis yang terjadi di Indonesia dengan melaunching buku terbarunya dengan judul 'The Great Shifting'.
ADVERTISEMENT
Buku tersebut membahas terkait penemuannya tentang adanya perubahan model bisnis saat ini. Seperti produk beralih menjadi platform dan platform mengubah kehidupan secara luas dan mengakibatkan banyak produk menjadi inferior dan ditinggalkan peradaban baru.
"Banyak orang mengatakan dunia memasuki era new normal. Tapi apa konkretnya new normal dalam kehidupan baru?" tanyanya di sela-sela peluncuran buku terbarunya 'The Great Shifting' di Rumah Perubahan, Bekasi, Sabtu (21/7).
Lewat kajiannya, ia menunjukkan sejumlah peristiwa shifting yang terjadi dalam bidang konsumsi, industri pelayanan kesehatan, keuangan dan perbankan, hiburan, esteem economy, asuransi, pendidikan, pariwisata, mainan, dan kebudayaan.
Menurutnya, kehidupan baru menimbulkan efek jejaring yang mengubah sifat produksi menjadi nirbatas, kolaboratif, dan serba sharing. Terjadi proses penghancuran pasar existing namun sekaligus menimbulkan efek inklusi semisal financial inclusion atau jargon "kini setiap orang bisa terbang." Ini berarti perekonomian baru berpotensi menggerus gap kaya-miskin dengan memberi ruang yang lebih besar bagi masuknya kelompok konsumen yang kurang beruntung menjadi consumer.
ADVERTISEMENT
Lalu Renald memaparkan kesalahan dalam mereduksi makna shifting sebagai perpindahan belanja dari dunia riil ke dunia online. Menurutnya, shifting seperti itu sudah pasti walaupun selalu disangkal pelaku-pelaku usaha lama yang terimbas.
"Shifting yang paling besar justru terjadi secara horizontal dan cross industry, yang mengakibatkan pelaku industri sulit melacak," imbuhnya.
Ia memberi contoh cross shifting terjadi dari konsumsi atau spending pada barang-barang retail goods seperti minuman berenergi dan snack jajanan ke perjalanan wisata, hiburan.
Dalam kesimpulannya, ia menekankan agar para pengusaha atau pun masyarakat luas tidak memahami pengertian fenomena shifting dalam ruang lingkup sempit. Padahal ada banyak ekosistem dalam sebuah industri baik dari stakeholder maupun konsumen untuk merespons adanya gelombang disruption.
ADVERTISEMENT
"Jangan mereduksi shifting dalam dunia online semata beralih dari Matahari (mal) ke online, itu kecil, para pengusaha, regulator harus belajar ini disrupsi rill, memperbaiki kalau tidak mau punah melakukan shifting," katanya.