Lifting Migas Biang Kerok Penerimaan Negara Turun, Menteri ESDM Buka Suara

28 Juni 2024 17:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertambangan migas Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertambangan migas Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri ESDM Arifin Tasrif buka suara terkait kinerja lifting minyak dan gas bumi (migas) menjadi kontributor utama penurunan penerimaan negara pada periode Mei 2024.
ADVERTISEMENT
Penerimaan negara pada Mei 2024 terkontraksi 7,1 persen secara tahunan (year on year/yoy). Hal ini menyebabkan realisasi anggaran dan belanja negara (APBN) hingga Mei 2024 defisit sebesar Rp 21,8 triliun, atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Arifin menjelaskan impor migas Indonesia terus meningkat karena produksi di dalam negeri yang lesu. Dia mencatat penurunan lifting migas berada dalam kisaran 20.000-30.000 barel.
"Produksi kita yang memang juga turunnya 20.000-30.000 (barel), tapi saya rasa turunnya juga tidak terlalu (besar)," jelasnya saat ditemui di kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jumat (28/6).
Arifin menilai sektor yang paling signifikan memengaruhi penurunan penerimaan negara adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mineral dan batu bara (minerba) karena melemahnya harga komoditas.
ADVERTISEMENT
"Yang besar itu mungkin PNBP minerba karena harga-harga turun padahal volume naik bagus," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan lifting migas sebagai salah satu kontributor utama penerimaan negara turun di Mei 2024, baik itu dari penerimaan pajak dan PNBP.
Sri Mulyani mengatakan penerimaan pajak pada Mei 2024 turun 8,4 persen (yoy), sebesar Rp 760,4 triliun atau baru 38,4 persen dari target APBN 2024. Kontraksi terbesar adalah PPh migas sebesar 20,64 persen menjadi Rp 29,31 triliun atau 38,38 persen dari target.
Menteri Keuangan Sri Mulyani rapat dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif mengenai Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) di Kementerian ESDM, Jumat (22/3/2024). Foto: Instagram/@srimulyani
Dia menuturkan, PPh Migas terjadi penurunan karena kinerja lifting migas nasional yang kurang memuaskan dan tekanan pelemahan nilai tukar Rupiah, padahal harga minyak mentah cenderung stabil.
"Tapi liftingnya mengalami penurunan, ini harus kita perhatikan dari sisi produktivitas minyak dan gas indonesia," katanya saat konferensi pers APBN KiTA, Kamis (27/6).
ADVERTISEMENT
Kemudian, PPh nonmigas melambat 5,41 persen menjadi Rp 443,72 triliun atau 41,73 persen dari target. Anjloknya PPh, kata dia, nonmigas imbas pelemahan harga komoditas menyebabkan perusahaan tambang mengalami penurunan keuntungan dibandingkan 2023.
Sementara itu, realisasi PNBP pada Mei 2024 mencapai Rp 251,4 triliun, turun 3,3 persen dari tahun lalu. Sri Mulyani menekankan lesunya PNBP sudah berlangsung sejak 2 tahun lalu, dipengaruhi oleh PNBP Sumber Daya Alam (SDA).
Sri Mulyani menyebutkan, realisasi PNBP SDA migas hingga 31 Mei 2024 senilai Rp 46 triliun atau 41,8 persen dari target APBN 2024. Jika dibandingkan Mei 2023, PNBP SDA Migas mengalami kontraksi 9,9 persen.
"Ini terutama yang menjadi kontributor dari penurunan karena lifting minyak dan gas yang mengalami penurunan," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, PNBP SDA nonmigas sampai Mei 2024 mencapai Rp 49,7 triliun atau 50,9 persen dari target APBN. Realisasi tersebut anjlok 27,3 persen dari Mei 2023.
"Tren penurunan penerimaan dari PNBP SDA migas maupun nonmigas ini sama dan seiring dengan menurunnya pajak. Ini menyebabkan penerimaan negara mengalami kontraksi yang harus kita kelola dan waspadai," jelasnya.