LRT Jabodebek Dioperasikan Tanpa Masinis, Bagaimana Kalau Terjadi Gangguan?

2 September 2023 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
VP Public Relations KAI Joni Martinus di Loko Coffee Shop Bandung, Senin (6/3/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
VP Public Relations KAI Joni Martinus di Loko Coffee Shop Bandung, Senin (6/3/2023). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
LRT Jabodebek menjadi transportasi berbasis rel tanpa masinis. Untuk pengoperasiannya, LRT Jabodebek menggunakan sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 3.
ADVERTISEMENT
Sistem CBTC adalah pengoperasian kereta berbasis komunikasi. Sehingga sistem dapat mengoperasikan kereta dan memproyeksikan jadwal secara otomatis, serta disupervisi juga secara otomatis dari pusat kendali operasi atau Operation Control Center (OCC).
“Adapun Grade of Automation level 3 atau GoA 3 adalah tingkat otomasi operasional kereta di mana pengoperasian dilakukan secara otomatis tanpa masinis, namun mensyaratkan masih terdapat petugas operasional di dalam kereta untuk penanganan kondisi darurat dan pelayanan kepada pelanggan. Petugas ini disebut Train Attendant,” kata VP Public Relations KAI, Joni Martinus, melalui keterangan tertulis, Sabtu (2/9).
Jika terjadi gangguan sarana atau prasarana, petugas Train Attendant akan mengambil alih pengoperasian kereta secara manual dengan kecepatan terbatas. LRT Jabodebek beroperasi mengikuti jadwal yang telah diunggah ke sistem persinyalan di OCC. Seluruh operasional LRT Jabodebek kemudian berjalan secara otomatis dengan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan.
Stasiun-stasiun LRT Jabodebek. Foto: Dok. PT KAI
"Operator pada OCC memantau jalannya LRT dan hanya akan mengintervensi jika ditemukan ketidaksesuaian seperti adanya keterlambatan, gangguan suplai daya, dan sebagainya," ujar Joni.
ADVERTISEMENT
Penggunaan GoA 3 untuk LRT Jabodebek telah ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 765 Tahun 2017. KAI berkomitmen untuk memenuhi ketentuan teknis, operasional, serta keselamatan LRT Jabodebek sesuai dengan kriteria desain yang diatur dalam regulasi pemerintah tersebut.
Dari segi keselamatan, LRT Jabodebek telah terlindungi oleh Automatic Train Protection (ATP), serta Interlocking and Zone Controller. Dengan adanya ATP tersebut, LRT Jabodebek terlindungi dari over speed dan jaminan pengereman yang andal. Adapun interlocking and zone controller berfungsi untuk menjamin tidak ada kesalahan pembentukan rute, serta mendistribusikan otorisasi kontrol operasional LRT.
Keunggulan dari GoA 3 adalah seluruh operasi kereta dilakukan secara otomatis. Sehingga mengurangi potensi kecelakaan akibat human error, meningkatkan akurasi jadwal kereta, dan dapat mengoptimalkan jadwal perjalanan.
ADVERTISEMENT
“Saat ini, KAI dan seluruh stakeholders terus melakukan langkah-langkah progresif terhadap teknologi LRT Jabodebek. Sehingga saat pengoperasian secara penuh nantinya perjalanan LRT Jabodebek semakin mulus dan presisi dapat melayani masyarakat dengan maksimal,” tutur Joni.
Pengoperasian kereta dengan sistem CBTC GoA 3 yang digunakan pada LRT Jabodebek juga telah diterapkan di belahan dunia lainnya seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Singapura, Spanyol, Inggris, hingga Brasil.

Pengamat Kritik LRT Jabodebek Tanpa Masinis

Belum satu minggu sejak diresmikan Presiden Jokowi pada Senin (28/8), LRT Jabodebek sudah dua kali gangguan yakni pada Rabu (30/8), dan Jumat (1/9). Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai hal itu jadi bukti kesiapan proyek ini belum matang dan terkesan dipaksakan.
ADVERTISEMENT
"Kan saya sudah komentar dari dua tahun yang lalu. Pasti itu akan terjadi seperti itu. Orang kan yang dipakai rumusnya kan cepat, cepat, cepat semua, enggak bisa," kata Agus kepada kumparan, Sabtu (2/9).
Agus yang juga termasuk dalam Tim Pengawas LRT di era Menteri Perhubungan Ignasius Jonan itu mengatakan, ada sederet masalah terjadi di balik pengoperasian LRT Jabodebek. Mulai dari kasus tabrakan di 2021, pintu kereta yang macet, masalah air saat pencucian kereta, sampai spesifikasi tinggi pintu yang cuma 160 cm.
Dengan semua yang sudah terlanjur, Agus merasa tak punya lagi solusi setelah semua sarannya sudah dimentahkan pemerintah sejak lama. Hanya saja, dia menegaskan, pemerintah tidak perlu memaksakan kereta tanpa masinis bila memang belum siap.
ADVERTISEMENT
"Tidak usah driveless, masinisnya duduk depan situ, sudah. Karena kalau tidak, tiba-tiba itu enggak bisa ngerem, siapa mau tanggung jawab. Kalau ada masinisnya, masinisnya bisa ambil (kendali), kan manual," kata Agus.