Luhut di Depan Pengusaha Asia: RI Bisa Jadi Raja Baterai, Jangan Sepelekan Kami

18 Maret 2023 13:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pidato pembuka saat diskusi nasional di gedung Konferensi Asia Afrika. Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pidato pembuka saat diskusi nasional di gedung Konferensi Asia Afrika. Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, Indonesia mampu memproduksi baterai lithium pada 2025. Hal itu ia sampaikan di depan para tokoh-tokoh pengusaha se-Asia saat menjadi pembicara pada DBS Asian Insight Forum 2023, Rabu (15/3).
ADVERTISEMENT
Luhut optimis Indonesia bisa menjadi salah satu raja produsen baterai litium di 2028 nanti. Untuk itu, dia meminta agar dunia tidak memandang remeh Indonesia.
Ucapan tersebut bukan sekadar angan-angan belaka, tegas Luhut. Ia memaparkan data yang menunjukkan bahwa ada investasi senilai USD 31,9 miliar untuk pengembangan supply chain industri baterai di Indonesia hingga tahun 2026.
Selain itu, Indonesia mampu menarik investasi asing langsung sebesar USD 45,6 miliar tahun lalu, di mana itu merupakan rekor tertinggi baru sejak tahun 2000.
Belum lagi, nilai ekspor industri nikel Indonesia mencapai USD 33,8 miliar pada tahun 2022, di mana USD 14,3 miliar dihasilkan dari ekspor besi dan baja.
"Keberhasilan ini terwujud karena keteguhan Presiden Jokowi untuk tetap melanjutkan kebijakan hilirisasi industri dalam mengolah 'raw material' di dalam negeri untuk nilai tambah yang lebih tinggi," kata Luhut.
ADVERTISEMENT
Data tersebut juga Luhut sampaikan kepada IMF yang mengunjungi Indonesia beberapa hari yang lalu. Kepada IMF, Luhut mengatakan bila dulu Indonesia ekspor bahan mentah secara cuma-cuma, maka sekarang cukup sudah.

Luhut: Indonesia Tidak Sedang Melawan Siapa Pun

Saat ini, jelas Luhut, Indonesia sudah bisa mengekspor besi dan baja, bukan bijih nikel lagi. Pemerintah juga akan melakukan hilirisasi seperti itu pada komoditas timah, bauksit, tembaga, dan lainnya.
"Perubahan besar ini harus dilihat oleh negara-negara maju. This is their problem, selalu melihat negara berkembang seperti Indonesia adalah negara yang mereka tahu 20 atau 15 tahun yang lalu," kata Luhut.
Dengan memberlakukan larangan ekspor nikel seperti yang Indonesia terapkan sekarang, Luhut mengatakan bangsa ini mempunyai kekuatan untuk menghasilkan energi hijau yang sudah dicita-citakan Indonesia sejak lama.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin kebanggaan ini juga turut dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Kita tidak sedang melawan siapa pun, justru kita bersahabat dengan siapa saja," ujarnya.
Luhut melanjutkan, Indonesia terbuka dan mempersilakan negara-negara lain untuk berinvestasi serta membangun industri pengolahan pertambangan di dalam negeri.
"Dengan catatan bahwa kami juga punya aturan main atau regulasi yang harus mereka penuhi. Menjadi negara maju adalah hak setiap negara, kewajiban kita adalah memperjuangkannya," pungkas Luhut.