Luhut Ingin Impor Gas, Harga Dalam Negeri Lebih Mahal

19 Maret 2020 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
LNG Foto: REUTERS/Desmond Boylan
zoom-in-whitePerbesar
LNG Foto: REUTERS/Desmond Boylan
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan pemerintah akan membuka peluang impor gas jika ada harga gas yang lebih murah.
ADVERTISEMENT
Luhut dalam video conference di Jakarta, Rabu (18/3), mengatakan bahwa harga gas di Indonesia memang termasuk cukup mahal. Bahkan pernah mencapai USD 9 per MMBTU, meski saat ini harganya berkisar antara USD 6-7 per MMBTU.
Menurut Luhut, pemerintah harus lebih fleksibel dan tidak terkekang pada kebanggaan nasional.
Apakah harga gas impor bisa lebih murah dari gas lokal?
Jawabannya bisa. Sebab, harga minyak dunia sedang anjlok hingga di bawah USD 30 per barel. Harga minyak WTI Crude tinggal USD 23,16 per barel, Brent Crude USD 27,79 per barel, dan OPEC Basket USD 30,36 per barel. Diperkirakan harga minyak masih akan turun lebih dalam lagi karena wabah corona belum berakhir dan perang harga minyak.
Mantan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan tiba di Kompleks Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (22/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Jatuhnya harga minyak membuat harga gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) ikut amblas. Harga LNG di pasar spot kini amblas ke kisaran USD 3 per MMBTU. Jauh di bawah harga gas di dalam negeri yang masih di atas USD 6 per MMBTU.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita bicara fair, harga LNG akan lebih murah dari impor dengan kondisi saat ini. Di pasar spot sangat murah harga LNG. Ini mungkin bisa jadi salah satu opsi untuk gas industri," kata Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, kepada kumparan, Kamis (19/3).
Tapi perlu diingat, gas impor pasti bentuknya LNG, beda dengan gas pipa. LNG impor dikirim dengan kapal ke Indonesia. Semakin jauh lokasi kilang LNG, tentu biaya pengapalan semakin mahal.
Ketika sampai, LNG harus melalui proses regasifikasi, bentuknya dikembalikan menjadi gas. Kemudian dialirkan melalui pipa, sehingga ada tarif distribusi. Jadi harganya mungkin tak akan beda jauh dengan gas lokal ketika sampai di plant gate. Selain itu, LNG butuh infrastruktur khusus.
ADVERTISEMENT
"LNG butuh infrastruktur seperti terminal receiving dan regasifikasi," Mamit menambahkan.
Ia juga menggarisbawahi, jangan sampai pembukaan keran impor LNG merugikan produsen gas di dalam negeri. "Mungkin lebih untung kalau impor. Tapi jangan sampai produsen gas lokal terpuruk," tutupnya.