Maksimalkan Kolaborasi, Cara MRT Jakarta Jadi Operator Kelas Dunia

16 November 2019 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Stasiun MRT Lebak Bulus. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stasiun MRT Lebak Bulus. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
“Insyaallah di 2023 (MRT Jakarta) sudah jadi world class operator. Setara dengan operator yang ada di dunia ini (seperti) Jepang, Hong Kong, Singapura”.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi saat membuka penyampaian materi dalam Program Journalist Fellowship 2019 di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (15/11).
kumparan yang ikut berada di ruangan langsung bertanya-tanya. Bagaimana mungkin MRT Jakarta yang baru beroperasi secara komersial untuk publik sejak April 2019 sudah mencanangkan ambisi semacam itu?
Di usia yang belum genap 1 tahun, MRT Jakarta seharusnya bisa saja fokus dulu untuk memaksimalkan dari segi operasional kereta. Namun, ternyata mereka tidak ingin seperti itu. MRT Jakarta ingin bersaing dengan operator-operator kereta di dunia yang sudah berpengalaman. Lalu bagaimana caranya?
“Untuk jadi world class operator kita mesti kolaborasi dengan world class institution,” ujar Effendi.
ADVERTISEMENT
Effendi mengatakan untuk mencapai tujuan tersebut, MRT Jakarta harus siap banyak belajar dari negara-negara maju. Ia mengungkapkan sejauh ini MRT Jakarta dalam mengambil langkah selalu melibatkan negara yang sudah berpengalaman seperti Jepang. MRT Jakarta telah berkolaborasi dengan Jepang sebelum beroperasinya kereta MRT fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI.
Tarif dan Waktu Tempuh MRT Jakarta. Foto: Basith Subastian/kumparan
Saat sudah beroperasi, MRT Jakarta juga tetap berupaya menggandeng berbagai operator international. Effendi memastikan pihaknya tidak pilih-pilih negara dalam upaya meningkatkan kinerja. Sebab, menurutnya setiap negara mempunyai kelebihan masing-masing yang bisa diadopsi oleh MRT Jakarta.
“Untuk driver atau masinis kita datang ke Malaysia kenapa karena sistemnya kurang lebih sama,” ungkap Effendi.
Effendi mengungkapkan saat di Malaysia para masinis bisa langsung menjajal bagaimana rasanya membawa penumpang. Menurutnya hal itu berbeda jika masinis hanya membawa kereta tanpa penumpang karena ada psikologis yang mempengaruhinya.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi. Foto: Moh Fajri/kumparan
Selain itu, kata Effendi, pihaknya juga mengirim orang untuk belajar perawatan kereta ke Jepang. Hal itu telah dilakukan sebelum beroperasinya MRT Jakarta fase I.
ADVERTISEMENT
“Kenapa kami pilih Jepang untuk maintenance karena barangnya barang Jepang. Jadi kalau kita ke Singapura dan Malaysia malah enggak nyambung,” ungkap Effendi.
Selama di Jepang, para petugas dari MRT Jakarta belajar mulai dari bongkar pasang kereta sampai berbagai hal mengenai perawatannya. Selanjutnya, MRT juga mengadopsi Hong Kong untuk menjalankan sistem dan juga bisnisnya. Menurut Effendi, Hong Kong menjadi salah satu operator MRT terbaik di dunia dari segi bisnis.
“Hong Kong ini banyak menjadi operator di negara-negara lain, bahkan di Eropa menjadi shadow operator. Jadi ada di Inggris pun dia jadi shadow operator-nya, itu yang mau kita contoh,” terang Effendi.
“Kemudian kita juga ngirim tim kita ke Singapura. Kenapa Singapura? Itu tanahnya kurang lebih mirip dengan Jakarta. Jadi cara bekerjanya, cara ngebor, bangun stasiun kita belajar dari Singapura,” tambahnya.
Sejumlah sepeda yang terparkir di stasiun MRT Cipete, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Tak ingin berhenti di situ, Effendi menjelaskan MRT Jakarta juga menggandeng Monash University Australia. Kerja sama itu banyak dilakukan dari segi riset tentang rel kereta dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Effendi merasa MRT Jakarta harus terus mencari ilmu-ilmu baru. Ia tidak ingin kesempatan berkolaborasi dengan operator berpengalaman hanya dilakukan asal-asalan saja.
Saat ini, Effendi mengakui MRT Jakarta sudah mulai dikenal dunia international. Sehingga tidak jarang ada perwakilan yang diundang ke luar negeri menyampaikan kondisi MRT Jakarta. Ia mengatakan tidak ingin hanya datang sebagai pembicara, tetapi harus ada juga hal baru yang bisa dibawa pulang ke Jakarta.
“Dari situ begitu kita ke Korea (jadi pembicara), kita juga datang ke berbagai operator yang ada di Korea termasuk pabrik-pabrik. Jadi kita belajar banyak. Kita belajar di Korea itu kalau ngomong teknologi dia pakai smart system, jadi pakai teknologi,” ungkap Effendi.
Suasana di depan gerbang Stasiun MRT Bundaran HI. Foto: Dok. MRT
Effendi menegaskan berbagai langkah yang dilakukan itu agar MRT Jakarta bisa bersaing dengan operator kelas dunia. Sebab, berbagai fasilitas yang ada di MRT Jakarta sebenarnya sudah kelas dunia. Namun, berbagai fasilitas itu harus terus dikembangkan termasuk dari segi sistem pengoperasiannya.
ADVERTISEMENT
“Agar kita tahu bagaimana world class operator itu sistemnya yang mereka punya bagaimana, mempersiapkan orang-orang bagaimana, mempersiapkan sistem-sistemnya,” tutur Effendi.
Dengan menjadi operator kelas dunia, tidak menutup kemungkinan MRT Jakarta akan bisa bergerak sebagai shadow operator di berbagai wilayah di dalam dan luar negeri seperti yang telah dilakukan oleh operator MRT asal Hong Kong, MTR Corporation. Hal itu membuat MRT Jakarta bisa membantu seperti menjadi konsultan apabila ada wilayah-wilayah di Indonesia sampai ASEAN yang ingin ada pembangunan MRT.