Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Manisnya Gula Aren Pacitan Menembus Pasar Kanada dan Denmark
15 Oktober 2024 15:58 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Inovasi Gusti Ayu Ngurah Megawati kala pandemi COVID-19 melanda, membuahkan hasil. Perempuan yang akrab disapa Mega itu, mampu jadi jaring pengaman bagi masyarakat di tempat tinggalnya lewat mengolah produk gula aren .
ADVERTISEMENT
Manisnya gula aren Pacitan itu, kini juga diminati di berbagai negara. Dari Kanada hingga Denmark, tertarik dengan produk andalan mereka, gula aren cair atau liquid palm sugar.
Usaha ini muncul dari ide inovatif Mega, air nira dikreasikan menjadi beragam produk agar dapat menarik minat pembeli. Nira aren yang awalnya hanya diolah menjadi gula merah pun kini beragam bentuknya. Mulai dari cair, bubuk, mini cube, dicampur dengan jahe merah, hingga dipadukan dengan kopi. Harga produknya dibanderol mulai Rp 20.000 hingga Rp 50.000 per unit. Usaha gula aren yang dirintis dengan dengan modal Rp 500.000 itu, kini bisa menjangkau negara-negara yang jauh dari Indonesia.
“Jadi kita mulai berusaha di tahun 2020, awalnya kita mendiversifikasi produk dari olahan gula aren yang dihasilkan oleh petani yang gula aren cetak, kemudian kita olah lagi menjadi beberapa varian,” kata Mega saat ditemui di Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (9/10).
Selain ingin memberdayakan masyarakat di daerahnya, tujuan awal Mega mengembangkan usaha ini untuk melestarikan tanaman aren yang menurutnya hampir punah. Dia bilang, pohon aren dapat mencegah tanah longsor, menyimpan cadangan air, hingga menjaga ekosistem alam. Pohon aren juga bisa tumbuh sesuai dengan kontur desa tempat tinggal Mega, Desa Temon, Pacitan Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Setelah berbisnis selama empat bulan, Mega membentuk kelompok tani. Ada sekitar 70 petani yang bergabung di dalamnya. Selain itu, Mega juga mendirikan perusahaan bernama CV Temon Agro Lestari.
Pembentukkan kelompok tani ini juga membuat dia bisa mengatasi tantangan kualitas, kapasitas dan kontinuitas produk-produk Temon Agro Lestari. Hampir tiga tahun berselang, produk-produk yang diusahakan Mega ini mendarat di Kanada dan Denmark. Masing-masing 1,5 ton gula aren cair dan 300 kemasan gula aren semut, gula aren mini cube, dan gula cetak. Nilai yang diraup Temon Agro Lestari, kala itu, sampai Rp 110 juta.
“Berhasil ekspor pada tahun 2023 ke negara Kanada untuk varian gula aren cair sebanyak 1,5 ton dan ke Denmark dengan varian gula aren semut, mini cube, dan gula cetak sebanyak 300 pieces, Rp 110 juta,” terang Mega.
ADVERTISEMENT
Mega mengatakan akan terbang ke Osaka dan Tokyo, Jepang untuk mempromosikan produk CV Temon Agro Lestari pada Oktober 2024. Dia yakin perjalanan kali ini akan membuahkan hasil. Itu karena, produk-produknya telah melalui sederet sertifikasi, termasuk dari Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Kendati begitu, Mega mengakui produk-produk buatannya memang belum terlalu melesat di ranah global. Sembari menjaga pasar ekspor, Mega tak melupakan pasar dalam negeri. Gula aren jadi salah satu bahan yang dibutuhkan kedai-kedai kopi yang saat ini tengah menjamur di Tanah Air.
Sebelum mengembangkan produk gula aren, Mega sudah melakukan survei terhadap kebutuhan gula aren cair di beberapa kedai kopi seperti Solo, Yogyakarta, dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Dengan berbagai inovasi dan usaha yang ia lakukan, Mega juga akhirnya bisa mendapatkan akses ke berbagai instansi. Ia juga kemudian bertemu dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Temon Agro Lestari yang dibesarkannya kemudian mendapat bantuan berupa mesin kristalisator, mesin vakum, meja stainless, oven dan cetakan gula aren dari LPEI pada 2023 melalui program Desa Devisa Jahe Pacitan. Fasilitas ini membuat kapasitas produksi Temon Agro Lestari yang didominasi oleh produk gula aren cair, meningkat sebesar 30 persen menjadi 20 ton per bulan.
Program desa devisa merupakan salah satu program unggulan LPEI untuk mendukung Pemerintah menciptakan Desa yang mampu menghasilkan komoditas unggulan daerah yang berdaya saing global. Sebagai bagian dari capaian Pemerintah tersebut, Desa Devisa saat ini telah tersebar luas di seluruh Indonesia. Hingga September 2024, LPEI telah memberikan pendampingan dan pelatihan kepada para pengrajin/petani/nelayan hingga badan usaha milik desa/koperasi yang menaungi 1.692 Desa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
LPEI juga memberikan pendampingan dan pelatihan untuk Temon Agro Lestari agar bisa lebih mengudarakan produknya ke lebih banyak negara di dunia.
“2023 berhasil ekspor dan kemudian ada pendampingan dari LPEI dari situ ada peningkatan di sisi kapasitas, kontinuitas, dan LPEI juga berkolaborasi dengan Kemenperin,” ujar Mega.
LPEI juga menggandeng Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mendampingi usaha milik Mega tersebut agar mendapatkan sertifikat keamanan pangan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Dengan mengantongi sertifikat ini, dia lebih pede untuk tampil dan memamerkan produk buatannya. Sertifikasi ini kerap ditanyakan oleh calon pembeli, utamanya dari luar negeri.
“Jadi LPEI dan Kemenperin mendampingi kita di sisi keamanan pangan untuk mendapatkan sertifikat HACCP. Jadi sertifikasinya sering ditanya sama calon buyer itu sangat dibutuhkan,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Temon Agro Lestari memiliki satu rumah produksi yang telah memenuhi standar. Di rumah produksi itu, Mega mempekerjakan lima orang, kemudian 70 orang pekerja on farm juga 70 ibu rumah tangga (IRT) pengrajin gula cetak. Dengan demikian, saat ini, usaha yang dirintis Mega telah melibatkan kurang lebih 145 orang.
Mega yakin, Temon Agro Lestari akan terus lestari seperti nama yang dibubuhkan. Keyakinan itu didasarkan upaya Mega menjaga kualitas dengan mempertahankan originalitas dari setiap produk yang dihasilkan.
"Keunggulan atau value dari produk ini salah satu alternatif pengganti gula pasir. Kita istiqomah di organik jadi ini benar-benar gula aren, yang kita tahu masyarakat saat ini sudah susah mencari gula aren yang asli organik," terang Mega.
ADVERTISEMENT