Masker Langka Mengancam Nyawa, Ini Curhat Pasien Gagal Ginjal Terdampak Corona

5 April 2020 17:58 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
zoom-in-whitePerbesar
Petugas apotek memasang tanda stok masker habis, di kawasan pusat penjualan obat-obatan dan alat kesehatan Tarandam, Padang, Sumatera Barat, Selasa (3/3/2020). Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
ADVERTISEMENT
Kosongnya stok masker di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, seperti diberitakan kumparan Minggu (5/4), jadi kabar buruk tak hanya bagi mereka yang berupaya mencegah penularan virus corona COVID-19. Hal itu juga memupus harapan para pasien gagal ginjal, untuk bisa mendapat masker dengan mudah dan murah.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum virus corona merebak, masker ibarat pasangan setia bagi para pasien kronis, termasuk pengidap gagal ginjal. Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Tony Samosir, menyatakan pasien gagal ginjal harus berganti masker hingga 5 kali dalam sehari.
Dulu menurutnya, itu hanya setara Rp 2.000 per hari. Tapi sejak didapati virus corona di Indonesia dan penyebaran terus meluas, harga masker semakin mahal. Pengeluaran pun melonjak hingga 10 kali lipat per hari. Bahkan lebih.
Pernyataan Tony dibenarkan Anton Bachtiar Rivai, salah seorang penyintas gagal ginjal yang telah menjalani transplantasi. Sejak menerima donor ginjal dari sang istri pada 30 Januari 2018, Anton tak pernah terlepas dari masker dalam setiap aktivitasnya.
Hal ini karena sejak menjalani operasi transplantasi ginjal, kekebalan tubuh pekerja di suatu televisi swasta itu diturunkan. Ini karena ginjal baru yang terpasang di tubuhnya, direspons sebagai benda asing. Nah, supaya si ‘benda asing’ ini tak diserang oleh sistem kekebalan tubuh, maka sistem imun penerima transplant ginjal harus diturunkan.
ADVERTISEMENT
“Karena sebagian kekebalan tubuh hilang, maka pertahanan tubuh saya menjadi rapuh, sehingga rentan terhadap segala penyakit. Ancaman yang tampak sepele, seperti makanan atau lingkungan yang tidak bersih, bisa berdampak fatal. Karena itu, sebagai antisipasi, saya selalu mengenakan masker dan selalu menyiapkan hand sanitizer,” tutur ayah dua anak itu pada kumparan.
Itulah mengapa, Anton selalu memiliki stok masker di rumahnya. Tapi kini, kelangkaan dan melambungnya harga masker menjadi persoalan besar bagi banyak pasien transplant di Indonesia.
"Dan mereka –juga saya— harus mulai terbiasa menyaksikan para pemegang otoritas yang kehilangan kepekaan terhadap persoalan seperti ini. Karena, sekelas Menteri Kesehatan pun menyederhanakan persoalan kelangkaan masker ini dengan ucapan, 'Salahmu sendiri kok beli'," kata Anton.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Tony yang juga telah menjalani transplantasi ginjal, menyatakan sejak ada kasus virus corona dan harga masker jadi mahal, dia telah meminta perhatian pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
Pemerintah, lanjutnya, disarankan untuk mengontrol harga masker di pasaran. Apalagi saat ini, bukan hanya pasien yang sulit menjangkau, pelayanan kesehatan juga sama sulitnya. Pemerintah harus hadir.
Menteri Kesehatan Terawan memakai masker saat mendampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto terima alat kesehatan dari China. Foto: Dok. TNI AU
Tak hanya bergantung pada pemerintah, Tony pun menghubungi perusahaan-perusahaan pembuat masker. Ada 35 perusahaan yang dia hubungi.
“Harapan kita, mereka dapat membantu masyarakat terkhusus pasien yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Misalnya dengan mengalokasikan stok masker buat kamu. Ini kan pandemi global. Jadi saling gotong royong,” katanya.
Tapi menurut dia, tak satu pun komunikasi dengan produsen masker itu direspons. Sehingga meski tak terinfeksi virus corona yang kini jadi fokus perhatian Pemerintah, para pasien gagal ginjal ikut menanggung dampak kelangkaan dan mahalnya harga masker.
ADVERTISEMENT
*****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!