Mau Ditindak Zulhas, Aktivitas Thrifting Pasar Senen Tetap Ramai di Akhir Pekan

19 Maret 2023 17:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (26/2/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (26/2/2023). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan pihaknya akan menindaklanjuti aktivitas pembelian pakaian bekas atau thrifting. Praktik ini dinilai merugikan dan melukai produktivitas UMKM di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu lokasi yang dijadwalkan akan dikunjungi Mendag Zulhas adalah Pasar Senen, yang merupakan surga penjualan baju bekas impor. Namun, ia meminta jajarannya untuk mengumpulkan data terlebih dahulu.
“Nah itu (barang bekas di Pasar Senen) harus ditindak,” kata Zulhas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (15/3).
“Kasih aja datanya, kan kita perlu bukti untuk menindaklanjuti,” sambungnya.
Apakah peringatan itu membikin aktivitas thrifting sepi?
Berdasarkan pantauan kumparan, pasar Senen masih terlihat ramai dengan transaksi barang bekas impor pada Minggu (19/3). Kios-kios masih penuh baju-baju asal China, Korea, maupun Jepang. Sahut menyahut suara pedagang mengobral harga juga masih terdengar di seluruh lantai II.
Suasana di Pasar Senen, Minggu (19/3/2023). Foto: Nabil Jahja/kumparan
Suasana di Minggu pagi penuh sesak oleh para pembeli yang melakukan tawar-menawar serta mencoba baju yang akan dibeli. Pakaian impor tersebut berkisar dari harga Rp 5 ribu hingga Rp 150 ribu, tergantung pada merek masing-masing.
ADVERTISEMENT
Para pedagang mengaku sudah mendengar wacana pemerintah untuk melarang penjualan barang impor bekas, namun mereka tidak terima dengan kebijakan tersebut. Para pedagang merasa keputusan ini terlalu sepihak dan tidak mendukung ekonomi masyarakat kelas bawah.
“Kita kan sudah bayar sewa lapak di sini secara dari bertahun-tahun, kok baru ributnya sekarang? Dibilang (jual barang bekas impor) lukai UMKM, lah memangnya kita bukan UMKM?” kata Komang, pedagang yang ditemui kumparan.
Komang menyebutkan pengawasan terhadap barang bekas impor memang sedang tinggi-tingginya dalam sebulan terakhir, namun ia mengatakan barang dari luar negeri tetap sampai ke gerainya, dan ia tetap dapat berjualan seperti biasa.
“Kalau pengawasan pasti ada, tapi ya itu masih aja barang bisa masuk,” kata Komang.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan pada akhir pekan, omzet dari penjualan barang bekas dapat mencapai Rp 3,5 juta.
Pedagang lainnya, Tiara, juga menyebutkan kekhawatiran pemerintah terhadap kebersihan barang bekas berlebihan. Ia menjelaskan mayoritas penjual selalu mencuci baju impor yang sampai ke ritel-ritel untuk memastikan produk tetap higienis.
Tiara mengatakan, baju impor bekas memberi kesempatan untuk masyarakat menengah ke bawah untuk menikmati barang bermerek.
“Kalau soal risiko kesehatan, pastinya kita (pedagang) dulu yang kena. Ini baru yang dijual setelah di-laundry. Jadi barang-barang yang dijual itu memenuhi kualitas layak pakai. Kecuali barang obralan yang benar-benar di bawah Rp. 1.000 (harganya), itu kita enggak jamin ya,” jelas Tiara.
“Tapi kualitas barang bekas ini kan oke, dibutuhkan masyarakat bawah, Rp 20.000 dapat barang branded. Untuk para kuli, pembantu, ini sumber kebahagiaan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT