Memahami Produksi Migas & Tantangan PHE untuk Memenuhi Pasokan Energi Nasional

8 Mei 2024 20:21 WIB
·
waktu baca 8 menit
clock
Diperbarui 28 Mei 2024 12:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah terus mendorong target produksi migas dalam negeri. Pada 2030, angkanya diharapkan menjadi satu juta barel minyak per hari dan gas 12 BSCFD agar dapat mengurangi impor.
Bukan tanpa alasan, pengurangan impor membuat pemerintah memiliki ruang yang lebih luas untuk melakukan pembiayaan pengembangan energi terbarukan. Dengan begitu, visi net zero emission sebelum tahun 2060 bisa lebih cepat terealisasi.
Berbagai pihak pun mengusahakan tercapainya target ini, salah satu yang bekerja keras adalah PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Sebagai subholding upstream Pertamina, PHE berkomitmen dalam mendorong produksi migas untuk memenuhi kebutuhan energi nasional dengan berbagai strategi.
Mulai dari mencari peluang dengan eksplorasi di luar wilayah eksisting, merging, serta frontier area; menambah 10 persen Participating Interest di Irak; hingga menambah perpanjangan kontrak MLN Algeria.
Sehingga, tak hanya menjaga keberlanjutan hulu migas dalam negeri, strategi ini juga diharapkan dapat mendukung kinerja PHE di kancah internasional.
Ilustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE
Sejauh ini, strategi itu membuahkan hasil cemerlang. Hal tersebut terbukti dari kinerja PHE sepanjang tahun 2023 dan trimester 1 2024.
PHE mencatatkan produksi minyak sebesar 548 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2,86 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Dengan begitu, produksi migas telah mencapai angka 1,04 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) hingga trimester 1 tahun 2024 yang merupakan konsolidasi dari seluruh anak usaha PHE.
Di sisi lain, PHE berhasil menyelesaikan pengeboran 3 sumur eksplorasi, 163 sumur pengembangan, 219 workover dan 8.323 well services hingga Maret 2024. Perusahaan juga mencatatkan survei Seismik 2D sepanjang 12 km dan 3D sepanjang 2.602 km².

Apa Itu Migas?

Sederhananya, migas adalah sumber daya alam berbentuk minyak dan gas bumi yang ditemukan di dalam bumi. Migas menjadi salah satu komoditi vital yang berperan penting dalam perekonomian nasional.
Karena termasuk kekayaan negara, pengelolaan migas pun harus dilakukan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang RI disebutkan bahwa:
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Dijelaskan dalam buku Hukum Pertambangan: Pengelolaan Sumur Idle di Indonesia karya Dr. Sang Ayu Putu, dkk., migas memiliki sifat yang tidak terbarukan. Oleh karena itu, undang-undang mengimbau semua pihak untuk menekankan prinsip kebermanfaatan dan kehati-hatian dalam proses pengelolaannya.
Di Indonesia, produksi migas dilakukan melalui sumur produksi yang dihasilkan dari proses pengeboran di lokasi tertentu. Migas tersebut diperoleh dari zat organik yang terkandung dalam batuan sedimen yang berusia jutaan tahun.
Sedimen kemudian dibawa oleh arus air sampai ke laut. Selanjutnya, sedimen bercampur dengan sejumlah besar zat organik yang berasal dari fosil hewan laut. Baru setelah itu, endapan akan membentuk batuan induk minyak dan gas bumi.
Lantas sebenarnya, bagaimana tahapan produksi migas di Indonesia? Apa saja tantangan yang dihadapi PHE dalam mencapai target itu?

Tahapan Produksi Migas

Kegiatan mengangkat minyak dari dalam perut bumi lalu mengolahnya menjadi produk yang diinginkan memerlukan proses panjang. Setiap memproduksi migas, PHE perlu melakukan tahap eksplorasi terlebih dahulu.
Proses eksplorasi minyak bumi dilakukan dengan beberapa tahap. Setelah mendapatkan kontrak kerja sama dengan pemerintah, studi geologi dan studi geofisika akan dilakukan.
PHE kemudian akan melakukan survei seismik sebelum melakukan pengeboran eksplorasi. Umumnya, proses pengeboran minyak bumi pada 1 titik memakan waktu 1-4 bulan.
Sukowati Field Lokasi Injeksi CO2 CCUS Pertamina Hulu Energi di Bojonegoro. Foto: Pertamina
Nah, selama 2023, PHE telah mencapai total temuan sumber daya 2C sebesar 488 MMBOE (Juta Barel Minyak Ekuivalen/Setara Minyak). Jumlah ini 68 persen melebihi target.
Sementara hingga Maret 2024, PHE mencapai total temuan sumber daya 2C sebesar 140 MMBOE.
Dalam 2 tahun terakhir, PHE berhasil mendapatkan temuan signifikan melalui kegiatan eksplorasi di blok eksisting, antara lain temuan eksplorasi di R-2 (Offshore Aceh), Wilela (Sumatera Selatan), GQX-1 (Offshore Jawa Barat), East Akasia Cinta-001 (Jawa Barat) dan East Pondok Aren-001 (Jawa Barat), Manpatu 1-X (Kalimantan) dan Wolai kompleks (Sulawesi).
Namun, apakah perjalanan produksi migas hanya sampai di sini? Tentu belum. Setelah eksplorasi berhasil, produksi migas akan melalui 3 tahap. Apa saja?

1. Primary Recovery

Primary recovery merupakan cara memproduksi sumur secara alami dengan tekanan reservoir yang ada menggunakan pompa atau dengan gas lift. Tujuannya agar kolom fluida lebih ringan sehingga minyak bisa mengalir.

2. Secondary Recovery

Pada tahap ini, energi buatan seperti injeksi fluida digunakan untuk mendorong minyak ke lubang sumur. Secondary recovery dilakukan dengan melakukan pendorongan air atau pendorongan gas.
Kapal pengangkut pekerja melintasi Anjungan Central Plant Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) di lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto

3. Tertiary Recovery

Tahap ini dilakukan dengan cara menginjeksi air yang sudah ditambahkan zat kimia (polimer, surfaktan), menginjeksi gas yang larut dalam minyak, menginjeksi uap air untuk menurunkan viskositas, membakar sebagian minyak, atau menginjeksi mikroba.

Tahapan Eksplorasi Migas

Pencarian migas dilakukan berdasarkan metode tertentu yang sesuai dengan standar yang ketat. Proses pengawasan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan risiko yang minim.
Dalam proses tersebut, harus dilakukan eksplorasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ada beberapa faktor yang mesti dipertimbangkan, mulai dari sistem migas, petroleum play, hingga wilayah prospek.
Menurut Muhammad Burhannudinnur dkk., dalam buku Teknik Eksplorasi Migas (2023), penentuan wilayah prospek menjadi faktor yang cukup penting dan krusial karena berhubungan dengan penentuan cadangan migas.
Wilayah prospek juga dapat menjadi titik awal untuk menentukan keputusan eksploitasi. Analisis ini diperlukan untuk mempertimbangkan faktor risiko geologi yang ditimbulkan seperti pencemaran laut, lumpur lapindo, dan lain-lain.
Secara umum, ada empat tahapan dasar eksplorasi migas yang bisa dilakukan, yakni:

1. Penemuan cekungan

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan meneliti proses-proses teknonik yang pernah dan sedang terjadi di suatu wilayah. Nantinya, teknisi akan menategorikan wilayah tersebut termasuk sebuah cekungan atau bukan.

2. Investigasi sistem migas

Tim eksplorasi perlu melakukan investigasi mendalam terkait sistem migas. Harus dilakukan analisis terkait komponen-komponen geologi pada kerak bumi. Di sisi lain, perlu diketahui pula peran dari komponen tersebut dalam pembentukan minyak dan gas bumi.

3. Investigasi petroleum playback

Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dinamika minyak dan gas bumi dari tempat awal terbentuk, bermigrasi, terperangkap, hingga tersimpan di lapisan batuan tertentu.

4. Penentuan prospek

Untuk menentukan wilayah tersimpannya minyak dan gas bumi, pengelola harus memperhitungkan prospeknya. Lalu, pengelola juga perlu mempertimbangkan hasil akhir dari dinamika produksi migas tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Tantangan PHE dalam Mencapai Target Produksi Migas dalam Negeri

Dengan panjangnya proses produksi tersebut, PHE masih menjumpai tantangan untuk mencapai target produksi migas dalam negeri. Terutama untuk mengejar trilema energi.
Merupakan konsep yang dipakai industri hulu dan hilir migas, trilema energi dilakukan guna memenuhi kebutuhan energi dunia, yaitu menyeimbangkan antara ketahanan energi (energy security), keterjangkauan (affordability), dan keberlanjutan (sustainability).
Untuk menghadapi ini, PHE perlu menggali peran krusial geomatika dalam mendukung kegiatan operasional di lingkungan yang menantang seperti laut dalam, daerah terpencil, dan lapangan mature.
Direktur Utama PHE, Chalid Said Salim mengatakan, PHE akan terus melaksanakan kinerja unggul dengan mengedepankan aspek keselamatan di setiap lini pekerjaan yang sesuai good corporate governance.
"PHE akan terus berkomitmen untuk terus berkontribusi pada pemenuhan energi nasional. Guna memenuhi target dan dengan mitigasi tantangan yang ada, PHE menerapkan Transformasi strategi perusahan yang akan dijalankan sepanjang tahun 2024 ini," katanya.
Pertamina Hulu Energi. Foto: Dok. Pertamina
PHE pun memiliki beberapa strategi untuk menghadapi kondisi-kondisi penuh tantangan itu. Selain merevitalisasi aset perusahaan, PHE juga aktif melakukan kegiatan eksplorasi di intra field dan intra development. Cara ini bisa menyambungkan lapangan-lapangan mature ke fasilitas produksi yang ada, agar PHE dapat mengganti produksi yang menurun.
Eksplorasi stepping out juga dilakukan sebagai langkah untuk menemukan berbagai cadangan migas baru yang bisa dikembangkan di kemudian hari. Pada 2023, PHE mendapatkan wilayah kerja eksplorasi dengan mayoritas sumber daya gas di Peri Mahakam & Bunga yang berlokasi di Indonesia Timur.
Wilayah kerja di East Natuna, area perbatasan negara Indonesia-Malaysia-Vietnam dan proyek strategis nasional Masela, juga berhasil ditemukan.
Pengembangan lapangan pun giat dilakukan guna mendorong produksi migas. Hingga saat ini, PHE berhasil melakukan salah satu proyek strategis pengeboran sumur Migas Non Konvensional (MNK) yang berada di Lapangan Gulamo, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada akhir Juli 2023.
PHE juga mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur yang ditandai dengan peresmian injeksi perdana CO2 ke Lapangan Sukowati menggunakan metode Huff & Puff.
Kegiatan produksi hulu migas berlangsung di Anjungan Central Plant dan Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
"Kami bersyukur dengan seluruh pencapaian tersebut, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan yang senantiasa mendukung kegiatan operasional perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancar, " tambah Chalid.
PHE akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Salah satunya dengan terdaftar menjadi member United Nations Global Compact ("UNGC") sejak Juni 2022.
PHE pun berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek ESG.
Sementara dalam mendukung aspek Governance, PHE senantiasa berkomitmen Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan atas fraud dilakukan dan memastikan perusahaan bersih dari penyuapan. Salah satunya dengan implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah berstandar ISO 37001:2016.
Ke depannya, PHE akan terus berkomitmen untuk mendorong laju produksi migas dalam negeri hingga mencapai satu juta barel per hari.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio