Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menaker: Lulusan SMK Dulunya Andalan, Sekarang Penyumbang Pengangguran
19 November 2018 11:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri sepertinya kecewa melihat data Badan Pusat Statistik (BPS) yang bilang bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah penyumbang tertinggi angka pengangguran di Agustus 2018. Padahal menurut Hanif, lulusan SMK awalnya menjadi andalan pemerintah mengentaskan angka pengangguran.
ADVERTISEMENT
"Problem pekerja skill juga memang terjadi di hampir semua lini pendidikan, SMK (dulunya) jadi andalan malah jadi penyumbang tertinggi (pengangguran)," kata Hanif bernada kecewa dalam sambutan di Seminar Hubungan Industrial Kompetensi Lulusan Politeknik di Era Revolusi 4.0 di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Senin (19/11).
Maka dari itu, dia bilang kalau pihaknya segera mereview apakah ada yang salah dari program kurikulum yang dijalankan oleh SMK. Hanif menyatakan seharusnya lulusan SMK sudah mampu memenuhi kebutuhan para pelaku industri di dalam negeri.
"(Angka lulusan SMK menjadi penyumbang pengangguran) 11 persen dari total seluruh Indonesia. Maka dibutuhkan kurikulum, sarana prasarana 11 12 dengan industri, maka bisa sesuai dengan kebutuhan industri," sebutnya.
Tingginya angka pengangguran dari lulusan SMK harus segera dibenahi secepatnya. Apalagi di tengah kemajuan industri digital saat ini yang bergerak sangat cepat sesuai kebutuhan zaman.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah mulai membangun innovation room yang memfasilitasi skill, bisnis berbasis e-commerce, usaha yang berbasis digital, di masa depan kebutuhan makin besar, era perpaduan mesin dan big data," tandasnya.
Sebagai catatan, pada Agustus 2018, jumlah pengangguran lulusan SMK menduduki peringkat teratas sebesar 9,27 persen, disusul lulusan SMA 7,03 persen, lulusan SMP 5,36 persen, Diploma III 6,35 persen, dan universitas 4,98 persen.