Mendag Beri Alasan Mengapa Pemerintah Tak Mau Tambah Subsidi Kedelai

7 November 2022 11:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendag Zulkifli Hasan pada acara Rakernas Gaptindo 2022, Minggu (30/10).  Foto: Nabil Jahja/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mendag Zulkifli Hasan pada acara Rakernas Gaptindo 2022, Minggu (30/10). Foto: Nabil Jahja/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) memberikan alasan mengapa pemerintah tak merestui permintaan perajin tahu dan tempe untuk meminta tambahan subsidi kedelai dari Rp 1.000 menjadi Rp 3.000.
ADVERTISEMENT
Zulhas menjelaskan, bahwa anggaran subsidi kedelai tersebut kini dialihkan ke Bulog, di mana Bulog telah ditugaskan untuk mengimpor 350 ribu ton kedelai yang akan tiba di Indonesia Desember 2022 nanti. Dengan subsidi pemerintah, kedelai impor tersebut bisa dibeli masyarakat dengan harga Rp 10.000 per kg.
"Sudah pesan. Bulog sudah order.. Tadinya kalau Bulog enggak impor bisa dinaikkan (subsidi ke perajin tahu tempe). Tapi kalau Bulog impor, sudah (ke) Bulog subsidinya," kata Zulhas saat ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta Timur, Senin (7/11).
Adapun Presiden Jokowi telah meneken Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Melalui Perpres ini, Bulog selain mengelola beras juga ditugaskan mengelola kedelai dan jagung. Dalam penugasannya, pemerintah menyiapkan dukungan berupa subsidi kredit pinjaman kepada Bulog.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa para perajin tahu tempe meminta kepada pemerintah agar menambah subsidinya.
"Memang ada usulan dari pengrajin untuk menaikkan subsidi dari Rp 1.000 jadi Rp 3.000. Tapi hari ini kita sampaikan 'sabar dulu'. Tapi kita tetap berikan Rp 1.000," ujarnya.
Kendati tak ada tambahan subsidi, Arief memastikan bahwa pasokan kedelai masih aman.
"Kita lihat kebutuhan kedelai sampai akhir tahun sekitar 2,5-3 juta ton. Realisasi impor sekitar 700 ribu ton. Lalu ada stok carry forward dari tahun sebelumnya. Jadi untuk stok masih aman," pungkas dia.