Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Mendag Ingin Baja RI Banjiri Pasar Luar Negeri, Begini Faktanya
27 Juli 2022 10:00 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 5 Agustus 2022 20:31 WIB

ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan berambisi mau membanjiri pasar luar negeri dengan baja dari Indonesia. Hal tersebut dilontarkan usai melepas ekspor baja struktur dan pelat baja PT Gunung Raja Paksi (GGRP) Tbk ke Selandia Baru.
ADVERTISEMENT
Menurut Zulhas, pemerintah sudah memberikan banyak akses bagi produsen nasional dengan menjalin kerja sama perdagangan bersama negara lain agar agar penjualan ke luar negeri bisa lebih mudah. Fasilitas itu bisa dimanfaatkan dengan syaratnya kualitas baja lokal harus berkualitas sehingga bisa bersaing dengan baja luar negeri.
"Mohon manfaatkan berbagai perdagangan dagang yang Indonesia miliki dengan berbagai negara di dunia, seperti Jepang, Australia, Swiss, Norwegia, Pakistan, Korea Selatan, Chile, Mozambique, UAE, negara-negara ASEAN, serta anggota RCEP. Kesemuanya telah memberikan perlakukan istimewa dalam bentuk tarif, sehingga peluang masuk ke pasar tersebut lebih lebar," kata Zulhas di Bekasi, Selasa (26/7).
ADVERTISEMENT
Mampukah Indonesia membanjiri pasar luar negeri dengan baja buatan RI? Bagaimana tren ekspor dan impor baja di Indonesia?
Ekspor Besi dan Baja RI
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam lima tahun terakhir (2017-2021), ekspor besi dan baja Indonesia dengan kode HS 27 terus naik.
China secara konsisten menduduki urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor besi dan baja Indonesia. Pada 2017, dari 4,36 juta ton ekspor besi dan baja, ekspor ke China mencapai 1,6 juta ton. Pada 2018, ekspor ke China naik lagi jadi 1,73 juta ton.
Tren kenaikan ekspor besi dan baja ke China terus berlangsung hingga 2021 menjadi 7,5 juta ton dengan nilai perdagangan USD 12,8 miliar.
Khusus untuk realisasi sepanjang 2021, urutan kedua negara tujuan ekspor besi dan baja Indonesia yaitu Taiwan 1,7 juta ton dengan nilai perdagangan USD 2,7 miliar, Malaysia 611,1 ribu ton dengan nilai USD 745 juta, Korea Selatan 513 ribu ton dengan nilai USD 572 juta, dan India 457 ribu ton dengan nilai USD 1 miliar.
ADVERTISEMENT
Impor Besi dan Baja RI
Masih berdasarkan data BPS dalam lima tahun terakhir (2017-2021), impor baja juga menunjukkan tren naik. Bahkan dari sisi volume, lebih besar daripada ekspor Indonesia ke luar negeri.
Dari lima tahun terakhir, impor besi dan baja Indonesia sempta mengalami penurunan pada 2020 karena merebaknya kasus COVID-19.
Sementara untuk negara yang paling banyak membanjiri pasar impor besi dan baja Indonesia ada Jepang, China, hingga Singapura. Berikut datanya.
China Sudah Lama Banjiri Baja Impor Indonesia
Berdasarkan catatan kumparan, industri baja dalam negeri tertekan sepanjang 2018 karena banyaknya impor produk yang sama dari China. Serbuan baja impor ini merupakan implikasi dari terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan dan Produk Turunan.
ADVERTISEMENT
Permendag 22/2018 dimanfaatkan pengimpor dengan mengubah Harmonied System (HS) number dari produk baja karbon menjadi alloy steel dengan penambahan boron. Tujuannya, agar mendapatkan bea masuknya yang rendah, impor baja pun melonjak.
Melihat tingginya impor baja Indonesia, Menteri Perdagangan kala itu Enggartiasto Lukita menarik kembali Permendag 22/2018. Dia mengubah aturan tersebut dan mengembalikannya ke aturan yang lama.
Awalnya, Permendag 22/2018 diberlakukan untuk mengurangi waktu bongkar muat di pelabuhan (dwelling time). Tapi aturan ini justru menjadi celah pengimpor yang ingin mendapatkan bea masuk yang murah dengan mengubah jenis baja impornya. Impor baja pun melonjak.
Banyaknya baja impor China ini juga sempat disinggung Presiden Jokowi. Dia mengatakan, konsumsi baja dalam negeri cukup besar. Ia berharap pabrik baja baru hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) di Cilegon ini akan menekan kedatangan baja impor.
“Kita tahu konsumsi baja kita sangat besar jangan dibiarkan ini dimasuki produk-produk dari luar dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,” katanya saat membuka peresmian Pabrik Industri Baja PT Krakatau Steel (persero) Tbk secara virtual, Selasa (21/9).
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi, keberadaan pabrik baja baru milik Krakatau Steel akan meningkatkan ekonomi secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi, saat ini pemerintah tengah menggencarkan pertumbuhan industri kendaraan listrik.
Pemerintah Keluarkan PMK Bea Masuk Anti Dumping Produk Baja asal China
Setelah bertahun-tahun digempur baja impor China, pemerintah akhirnya memutuskan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 15 Tahun 2022 terkait kebijakan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas impor produk Hot Rolled Coil of Other Alloy (HRC Alloy) asal China (RRT) yang telah berlaku efektif pada 15 Maret 2022.
Kebijakan tersebut diambil berdasarkan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) yang membuktikan bahwa telah terjadi dumping atas impor produk HRC Alloy yang berasal dari China, sehingga menyebabkan kerugian bagi industri dalam negeri serta ditemukan hubungan kausal antara dumping dengan kerugian yang dialami industri dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Executive Director Asosiasi Besi dan Baja Nasional/The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Widodo Setiadharmaji mengatakan, meskipun PMK tersebut baru berlaku efektif 15 Maret 2022, namun sejak proses penyelidikan pengenaan BMAD tersebut berjalan, ternyata memberikan pengaruh terhadap penurunan volume impor produk HRC yang masuk ke pasar domestik khususnya pada kuartal I 2022.
Berdasarkan data BPS, impor baja untuk produk HRC pada periode kuartal I 2022 turun 4 persen menjadi 312 ribu ton dibandingkan periode yang sama pada 2021 yaitu sebesar 326 ribu ton.
“IISIA mengapresiasi upaya Pemerintah khususnya kementerian dan lembaga terkait atas kebijakan pengenaan BMAD terhadap impor produk HRC Alloy asal China. Pengenaan BMAD tersebut mengindikasikan dampak positif dalam menekan lonjakan produk impor yang dilakukan secara tidak adil (unfair trade)," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (23/6).
ADVERTISEMENT