Mendag Sebut Brexit Bikin Produk UMKM Indonesia Susah Tembus Pasar Inggris

29 Juli 2021 18:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Foto: Kemendag RI
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Foto: Kemendag RI
ADVERTISEMENT
Hubungan diplomasi Indonesia dan Inggris sudah terjadi selama 72 tahun. Namun, produk-produk Indonesia terbilang sulit masuk ke pasar sana karena negara tersebut menerapkan standar yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan pasca keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa atau dikenal dengan Brexit, juga membuat beberapa kebijakan perdagangan Inggris berpotensi menjadi hambatan bagi perdagangan Indonesia ke sana.
"Pasca Brexit ini, ada tantangan bagi produk Indonesia ke Inggris, standar Inggris sangat tinggi dan kadang butuh private certification kerap membebani pelaku usaha terutama UMKM," kata dia dalam Talkshow UK SMEs Business Summit 2021: UMKM Go Global Bersama BNI secara daring, Kamis (29/7).
Untuk menyiasatinya, Indonesia menjalin kerja sama baru dengan Inggris dengan menandatangani Nota Kesepahaman Pembentukan Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (KEPB) atau Joint Economic and Trade Committee (JETCO).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Foto: Ismar Patrizki/ANTARA FOTO
Penandatanganan JETCO ini membuka peluang kerja sama perdagangan yang lebih besar di masa mendatang. Menurutnya, kerja sama ini menandai babak baru dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan kedua negara dapat mendorong peningkatan hubungan ekonomi bilateral di masa depan, membantu masuknya barang dan jasa Indonesia ke pasar Inggris, serta mendorong investasi Inggris di Indonesia. Bisa hilangkan hambatan perdagangan bagi eksportir Indonesia ke pasar Inggris," lanjutnya.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat ini membeberkan, total perdagangan bilateral Indonesia dan Inggris mencapai USD 2,2 miliar pada 2020. Dari angka tersebut, Indonesia masih menikmati surplus USD 327 juta dengan nilai ekspor ke sana USD 1,28 miliar yang mencakup beberapa produk unggulan seperti footwear, produk kayu, dan furniture, hingga produk minyak sawit.
Sayangnya, sebagai anggota G20, nilai perdagangan ini masih relatif lebih rendah jika dibandingkan di region Asia. Untuk wilayah Asean saja, Indonesia hanya peringkat 5 trading partner dengan Inggris setelah Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
"Saya meyakini nilai perdagangan Indonesia dan Inggris harus dapat ditingkatkan lebih besar lagi. Karena itu, pada April lalu saya dan Secretary of State for International Trade United Kingdom Elizabeth Truss secara virtual menandatangani Pembentukan Komite Joint Economic and Trade Committee (JETCO)," ujarnya.
Lutfi juga mengapresiasi langkah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI yang menjadikan enam kantor cabangnya di luar negeri termasuk di London, Inggris menjadi pintu masuk bagi ekspor UMKM Indonesia. Kantor cabang ini bukan hanya memfasilitasi pembiayaan tapi juga pembinaan bagi UMKM yang mau go global ke Inggris.