Mendengar Kisah Sukses Lurah Wahyudi Bangun Desa Panggungharjo, Bantul

17 Juli 2019 19:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lurah Desa Panggungharjo Sewon Kabupaten Bantul DIY Jawa Tengah Wahyudi Anggoro Hadi. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lurah Desa Panggungharjo Sewon Kabupaten Bantul DIY Jawa Tengah Wahyudi Anggoro Hadi. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
Membangun desa maju tak harus kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Sebab, masih ada kekayaan potensi lain yang bisa dioptimalkan agar desa bisa mandiri. Seperti, sosial, budaya dan teknologi.
ADVERTISEMENT
Hal itulah yang terjadi di Desa Panggungharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Keterbatasan SDA bertanah gersang, desa itu justru bisa menghasilkan omzet sebesar Rp 5,2 miliar di tahun 2018.
Tak tanggung-tanggung, Desa Panggungharjo pun pernah menyabet gelar sebagai Desa Terbaik Tingkat Nasional 2014.
Lurah Desa Panggungharjo Sewon Kabupaten Bantul DIY Jawa Tengah Wahyudi Anggoro Hadi mengungkapkan kunci sukses pengelolaan desanya ialah pada kapasitas memanfaatkan sekecil apapun potensi yang dimiliki.
"Desa Panggungharjo di perbatasan kota, dataran rendah, panas. Sehingga yang kita manfaatkan bukan landscape alamnya. Tapi bentang hidup dari warga desa, sosial, budaya dan teknologi," ujarnya ketika ditemui kumparan di Hotel Makmur, Berau, Kalimantan Timur, Rabu (17/7).
ADVERTISEMENT
Wahyudi bercerita, membangun desa Panggungharjo hingga saat ini menjadi salah satu desa yang patut diperhitungkan karena berpenghasilan bersih lebih dari Rp 1 miliar, memang tak mudah. Ia memulainya dari nol sejak tahun 2013 silam.
Wisatawan berkunjung ke kawasan wisata Pantai Parangtritis di Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (6/6). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Kala itu, ia mengenang, hal pertama yang dilakukan ialah merombak pola pikir dan birokrasi pengelolaan masyarakat menjadi lebih bersih.
Terkait pengembangan potensi sosial, Wahyudi mengungkap, pihaknya getol untuk menjaring potensi kreativitas yang ada di masyarakat.
"Kerajinan dan makanan tradisional. Keuntungan bersih swadesa tahun 2018, Rp 70 jutaan. Ini bagaimana memanfaatkan bentang sosial," kata dia.
Ia melanjutkan, kebudayaan juga menjadi aset yang tengah digalakkan. Pihaknya membangun desa wisata berjuluk 'Kampoeng Mataraman' yang menyajikan nuansa desa agraris di era 1990-an kepada pengunjung.
ADVERTISEMENT
"Di semester kedua 2017 mencapai Rp 865 juta penghasilannya. Lalu, tahun 2018 ini Rp 3,8 miliar," jelasnya.
Tak ingin tergilas zaman, ia menyebut, Desa Panggungharjo pun juga mengembangkan berbagai terobosan terkait teknologi. Salah satu andalannya ialah pengelolaan mandiri minyak goreng sisa (jelantah) menjadi bahan bakar pengganti solar atau Refined Used Cooking Oil (R-UCO).
Ialah PT Tirta Investama (Danone AQUA) yang menjadi kolaborator pengembangan usaha BUMDes Panggung Lestari itu.
"Dalam sebulan, omzet kita dari itu sekitar Rp 70 jutaan," tandasnya.
Desa Panggungharjo Raup Rp 800 Juta per Malam
Budaya menjadi salah satu potensi kekayaan yang tak bisa diremehkan. Melalui kreativitas dan pengelolaan yang tepat, budaya juga bisa menjadi pundi-pundi rupiah bagi empunya.
ADVERTISEMENT
Hal itu dibuktikan oleh Desa Panggungharjo yang dengan kreativitas budayanya, program Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) Panggung Lestari bisa meraup Rp 800 juta per malam.
Perolehan itu didapat ketika Bumdes milik desanya dipercaya terlibat dalam Festival Budaya Yogyakarta tahun ini.
"Hari ini, sejak tanggal 4-21 Juli kami tuan rumah penyelenggaraan festival budaya Yogya. 8-15 ribu orang datang. Tiap malam transaksinya Rp 0,5 miliar lebih. Rp 700-800 juta setiap malamnya, inilah contoh memanfaatkan bentang budaya," ujar Wahyudi.
Wahyudi bercerita, perjalanan menjadikan Bumdesnya maju secara budaya memang tak serta merta. Pasalnya, potensi budaya di Panggungharjo awalnya digali dari kampung wisata Mataraman.
Sejak 2013 silam, pihaknya memang menggalakkan pemetaan potensi pengembangan desa di Panggungharjo. Uniknya, meski memiliki keterbatasan SDA, nyatanya Panggungharjo bisa dioptimalkan menjadi desa maju.
ADVERTISEMENT