Menengok Bendungan di Uang Kertas Jadul Rp 100, Bagaimana Kondisinya Kini?

24 Agustus 2020 6:42 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang kertas Rp 100 tahun 1984 dengan gambar bendungan di PLTA Tangga. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Uang kertas Rp 100 tahun 1984 dengan gambar bendungan di PLTA Tangga. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Kamu yang lahir hingga era 1990-an, pasti mengenal uang kertas pecahan Rp 100 ini. Uang tersebut diterbitkan Bank Indonesia pada 1984, dengan gambar depan burung Dara Mahkota (Goura victoria), sedangkan gambar belakangnya adalah sebuah bendungan.
ADVERTISEMENT
Untuk kamu tahu, gambar bendungan di uang kertas jadul itu bukanlah rekaan melainkan benar ada. Namanya seperti tertera di uang tersebut, adalah Bendungan Tangga di Kabupaten Asahan (Sekarang menjadi Kabupaten Toba Samosir) di Sumatera Utara.
Uang kertas rupiah pecahan Rp 100 itu sudah ditarik Bank Indonesia dari peredarannya, sejak September 1995 atau 25 tahun silam. Berbeda dengan uang kertasnya yang sudah tak beredar di masyarakat, Bendungan Tangga yang pernah dikunjungi kumparan, ternyata masih berdiri kokoh.
Pintu air Bendungan Tangga di PLTA Asahan. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Bendungan tersebut dibangun pada 1978 dan resmi beroperasi pada 1982. Pembangunannya dilakukan oleh Jepang, yang saat itu merupakan investor pabrik alumunium PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum). Bendungan ini dibangun dari beton dan berbentuk busur (Concrete Arch), terlihat dari bentuknya yang melengkung. Ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia serta memiliki dimensi cukup besar.
ADVERTISEMENT
Tinggi bendungan ini mencapai 82 meter dari dasar sungai Asahan, dengan volume 4.880.000 m3. Bentuk struktur lengkung seperti busur dibuat bukan tanpa alasan, melainkan untuk menghasilkan tinggi energi yang diperlukan untuk membangkitkan tenaga di PLTA. Bendungan yang sudah berusia 38 tahun itu, kondisinya masih sangat baik, dengan lingkungan sekitar yang terjaga kelestariannya.
Pintu air Bendungan Tangga di PLTA Asahan. Foto: Wendy Saputro/kumparan
Untuk diketahui, industri peleburan alumunium membutuhkan energi listrik yang sangat besar. Untuk itulah PT Inalum membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sendiri, dengan membendung Sungai Asahan. Selain Bendungan Tangga, PT Inalum juga membangun Bendungan Siguragura.
Bendungan Tangga berjarak 4 kilo meter lebih ke hilir dari Bendungan Siguragura. Dari dua bendungan itu, air dialirkan untuk menggerakkan delapan turbin di dua PLTA yaitu PLTA Siguragura dan PLTA Tangga yang dioperasikan PT Inalum.
ADVERTISEMENT
Listrik yang dihasilkan sebesar 603 MegaWatt, dan sekitar 80 persennya digunakan untuk industri peleburan alumunium di Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke pabrik Inalum yang jaraknya 120 kilo meter, Inalum membangun sistem transmisi dengan tower sebanyak 271 buah.