Mengenal Tim Ahok di Pertamina: Jenderal Polisi Sampai Lingkaran Istana

16 September 2020 14:20 WIB
Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo di kilang PT TPPI di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Komut Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo di kilang PT TPPI di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kembali membuat gegar dengan melontarkan kritik tajam secara terbuka. Yang jadi sasaran kritik adalah perusahaan tempat tugas Ahok sendiri sebagai Komisaris Utama, yakni PT Pertamina (Persero).
ADVERTISEMENT
Ahok menyebut direksi Pertamina kerap melobi menteri, terutama di sata pergantian direksi. Selain itu juga disebut suka berutang untuk mengakuisisi lapangan migas di luar negeri.
"Sekarang udah utang USD 16 miliar, tiap kali otaknya minjem duit terus nih. Minjem duit terus akuisisi lagi. Saya bilang, tidak berpikir untuk eksplorasi. Kita masih punya 12 cekungan yang berpotensi punya minyak dan gas. Lu ngapain di luar negeri? Ini jangan-jangan ada komisi lagi nih beli-beli minyak di luar?" tutur Ahok.
Sebagian kalangan menilai Ahok tak seharusnya melontarkan kritik terbuka ke direksi Pertamina. Sebagai komisaris utama, dia bisa melakukan pembenahan dari dalam. Juru Bicara Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, menyebut bahwa pengawasan di internal Pertamina memang tugas komisaris.
ADVERTISEMENT
"Mengenai pembenahan atau pengawasan di internal pertamina ya itu memang tugas Komisaris melakukan pengawasan," kata Arya kepada kumparan, Selasa (15/9).
Apalagi di jajaran dewan komisaris Pertamina, selain Ahok terdapat sejumlah nama berpengaruh. Mulai dari purnawirawan jenderal polisi, pejabat Kementerian ESDM, hingga staf khusus di lingkungan istana. Siapa saja mereka?

Budi Gunadi Sadikin

Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Orang nomor dua di jajaran dewan komisaris Pertamina setelah Ahok, dijabat Budi Gunadi Sadikin. Wakil Menteri BUMN itu menjabat Wakil Komisaris Utama Pertamina. Sebagai Wakil Menteri BUMN I, mantan Direktur Utama Bank Mandiri ini antara lain membawah klaster BUMN sektor migas, pertambangan, dan energi.

Ego Syahrial

Ego Syahrial yang menjabat Sekjen Kementerian ESDM, juga masuk jajaran komisaris Pertamina. Ego yang merupakan lulusan Teknik Perminyakan dari Universitas Trisakti dan dari Imperial College London dan University of London, tentu sangat memahami industri hulu migas. Apalagi dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM. Kritik Ahok soal akuisisi lapangan migas di luar negeri, tentu bisa dikaji oleh Ego.
ADVERTISEMENT

Komjen Pol (Pur) Condro Kirono

Condro Kirono juga menjabat komisaris di Pertamina, satu tima di dewan komisaris bersama Ahok. Jabatan terakhir lulusan Akpol 1984 ini adalah sebagai Kabaharkam (2019). Pengetahuan dan pengalamannya di kepolisian, tentu bisa memberi kontribusi untuk mencegah tundak pidana khusus jika terindikasi dilakukan manajemen Pertamina.

Isa Rachmatarwata

Isa Rachmatarwata yang menjabat Komisaris Pertamina, juga merupakan Dirjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan. Sebagai pejabat eselon I Kemenkeu, Isa tentu memahami pengelolaan keuangan termasuk di BUMN yang menjadi bagian dari aset milik negara.

Alexander Lay

Pria kelahiran Ende, Flores, 47 tahun lalu ini selain menjabat Komisaris Pertamina, juga merupakan Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara. Alexander Lay berada di lingkaran istana, mendampingi Praktikno. Sebelumnya, dia dikenal sebagai praktisi hukum dan aktivis antikorupsi, termasuk pernah menjabat Dewan Pengawas dalam organisasi Transparency International Indonesia.
ADVERTISEMENT

David Bingei

Di antara jajaran Komisaris Pertamina, David Bingei, merupakan yang paling baru menjabat. Dia ditunjuk sebagai Komisaris PT Pertamina (Persero) sejak tanggal 17 April 2020. David lama menjalani karier di perbankan, mulai dari Bank Niaga, Bank Lippo, hingga beralih ke bank asing yakni Rabbobank dan ABN AMRO.