Mengintip Proses Pembuatan Kertas Berkelanjutan “PaperOne”

27 Februari 2023 14:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pembuatan kertas PaperOne di pabrik APRIL. Foto: dok. APRIL
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan kertas PaperOne di pabrik APRIL. Foto: dok. APRIL
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan salah satu penghasil produk kertas terbesar di dunia. Menurut data dari Kementerian Perindustrian, Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai produsen kertas terbesar dari segi kapasitas terpasang dengan volume produksi mencapai 18,26 juta ton kertas per tahun.
Kendati telah memasuki era digitalisasi, permintaan kertas disinyalir akan tetap mengalir. Di saat yang sama, tren keberlanjutan semakin penting, konsumen semakin sadar akan pentingnya mendapatkan produk yang diproduksi secara berkelanjutan, mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Dari Indonesia, produk kertas “PaperOne” menjadi salah satu merek andalan dalam menjawab kebutuhan kertas dunia dengan cakupan pasar hingga ke 70 negara. Kertas PaperOne diproduksi oleh APRIL Group yang pabriknya berlokasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.
Sejak lama, APRIL dikenal sebagai produsen kertas yang berkomitmen terhadap pengelolaan yang berkelanjutan. Operasional APRIL berpatokan pada Sustainable Forest Management Policy (SFMP) dan dipertegas lewat visi berkelanjutan satu dekade APRIL2030, yang berisikan serangkaian komitmen untuk berkontribusi positif terhadap iklim, alam dan masyarakat hingga 2030 nanti.
Dari penelitian hingga produksi, berikut langkah-langkah berkelanjutan yang diterapkan APRIL dalam memproduksi PaperOne!

Proses Produksi Berkelanjutan ala PaperOne

1. Menyeleksi bakal pohon dengan serat terbaik di laboratorium kultur jaringan

Proses seleksi bakal pohon di laboratorium. Foto: dok. APRIL
Di APRIL, bahan utama pembuatan kertas adalah pohon akasia dan eukaliptus. Kedua jenis pohon ini ini ditanam lewat pengelolaan hutan tanaman industri (HTI) berkelanjutan yang mengikuti aturan ketat dalam SFMP 2.0.
Tahapan pembuatan kertas dimulai dari laboratorium kultur jaringan, di mana para peneliti melakukan kloning pada pohon-pohon terbaik yang ditanam oleh perusahaan. Hasilnya, serat terbaik dan tahan hama serta penyakit pun didapatkan.
Sampel bibit terbaik akan melalui tahap penggandaan dan perpanjangan. Di tahap ini bibit tumbuh menjadi planlet yang sudah cukup kuat untuk ditanam di luar ruangan. Sebagai informasi, planlet merupakan tanaman mini yang tumbuh secara aseptik dalam kondisi terkontrol dan telah memiliki batang, akar dan daun, serta sudah melakukan respirasi dan fotosintesis.

2. Proses penumbuhan pohon muda di kebun pembibitan

Proses pengembangan pohon moda di nursery. Foto: dok. APRIL
Proses yang tak kalah penting adalah pengembangan pohon muda di kebun pembibitan (nursery). Selain planlet dari kultur jaringan, bakal pohon juga didapatkan dari pembiakkan vegetatif atau stek pada potongan daun di kebun pembibitan yang akan tumbuh menjadi anakan (tinggi sekitar 20-26 cm). Proses pertumbuhan menjadi pohon muda ini memakan waktu selama kurang lebih dua bulan.
Selama proses ini, pohon muda tersebut mendapatkan perawatan yang teliti dari para staf kebun bibit. Mereka memastikan semuanya tumbuh dengan baik. Kebun Pembibitan yang dikembangkan APRIL mampu menghasilkan sekitar 200 juta pohon muda setiap tahunnya.

3. Pemindahan pohon muda ke lahan hutan tanaman industri (HTI) terbarukan

Pemindahan pohon muda ke HTI terbarukan. Foto: dok. APRIL
Selanjutnya, pohon muda dipindahkan untuk ditanam ke lahan hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola APRIL. Waktu yang dibutuhkan dari penanaman hingga pohon memasuki masa panen mencapai lima hingga enam tahun.
Setelah dipanen, area tanam akan diisi kembali dengan pohon muda yang baru dan siklusnya akan terulang kembali secara berkelanjutan.
Berpatokan kepada SFMP 2.0, APRIL berkomitmen untuk tidak membuka lahan baru. APRIL bahkan memiliki komitmen 1-for-1, yakni mengkonservasi satu hektare lahan dari setiap satu hektare lahan yang dikelola untuk HTI (saat ini mencapai 81 persen).

4. Proses pengolahan pulp (bubur kertas)

Pengolahan pulp di pabrik APRIL. Foto: dok. APRIL
Setelah pohon dipanen, batang kayu yang dihasilkan kemudian dipindahkan ke pabrik pulp APRIL. Batang kayu tersebut dimasukkan ke dalam debarking drum untuk menghilangkan kulit kayunya. Kotoran yang menempel pada kulit kayu harus dibersihkan agar kayu mudah diproses.
Batang kayu yang telah dibersihkan kemudian dipotong menjadi bagian-bagian kecil yang disebut wood chip. Potongan kayu tersebut dimasukkan ke dalam digester dan dimasak seluruhnya dalam suhu 170° Celsius untuk melepaskan lem alami yang mengikat serat kayu menjadi satu. Hasil dari proses ini akan menghasilkan pulp atau bubur kertas. Pulp merupakan raw material untuk pembuatan produk berkualitas tinggi, seperti kertas, koran, tisu, rayon dan lain sebagainya.

5. Pengolahan pulp menjadi kertas

Pengolahan pulp menjadi kertas. Foto: dok. APRIL
Untuk membuat kertas, pulp dimasukkan ke dalam mesin pembuat kertas yang luasnya setara dengan hampir empat kali lipat panjang kolam renang Olimpiade. Pulp melewati mesin tersebut dengan kecepatan sekitar 90 km/jam dan dipanaskan untuk menghilangkan sisa air sebelum akhirnya diratakan menjadi lembaran kertas.
Kertas tersebut kemudian digulung menjadi gulungan jumbo selebar 8.5 meter dan dipotong ke dalam ukuran yang sesuai dengan produk akhir kertas.
Produk kemudian dikemas dan siap dipasarkan kepada para pelanggan. Adapun, APRIL telah memperoleh sertifikasi PEFC yang merupakan standar yang ketat dan diakui oleh dunia untuk memverifikasi dan menjamin produk kayu yang dihasilkan dikelola secara berkelanjutan.

Proses Produksi yang Berkelanjutan

Dalam seluruh tahapan pembuatan kertas diatas, APRIL mengupayakan proses produksi sirkular (circular production process) yang berkelanjutan dengan meminimalkan limbah dan menggunakan kembali komponen secara berulang (recycle).
Contohnya, saat proses pengolahan wood chip, tercipta produk sampingan bernama black liquor yang dapat diolah menjadi white liquor dan digunakan sebagai komponen dalam proses produksi pulp. Gas-gas berlebih dari proses ini ditangkap untuk menghasilkan methanol, sumber energi terbarukan yang digunakan untuk menggerakkan pabrik.
Black liquor juga dapat digunakan di dalam recovery boiler sebagai biofuel, bersama dengan kulit kayu dan bahan organik lainnya yang tersisa dari proses produksi. Lewat serangkaian proses ini, besaran penggunaan energi terbarukan di APRIL mencapai 87 persen. Diharapkan, penggunaan energi terbarukan terus meningkat dan dapat melebihi 90 persen pada 2030 nanti lewat instalasi solar panel yang sedang berlangsung.
Air juga memainkan peran penting dalam proses pembuatan kertas. APRIL telah berinvestasi pada fasilitas daur ulang dan pemrosesan air berteknologi tinggi untuk meminimalkan dampak lingkungan. APRIL telah berhasil mendaur ulang 90 persen dari keseluruhan pemakaian air dan mengembalikan 78 persen air tersebut ke sungai dengan hati-hati.
Upaya APRIL dalam memastikan pertumbuhan berkelanjutan pada operasionalnya semakin diperkuat dengan komitmen APRIL2030. Pada 2030, APRIL berkomitmen untuk membuat perusahaan menjadi lebih produktif, terdiversifikasi dan lebih sirkuler sebagai bagian dari produksi yang bertanggung jawab.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan RAPP