Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Suhu sudah berubah 33 derajat ketika kami tiba di lokasi. Cukup terik namun tak mampu mengalahkan semangat 3 orang pekerja yang telaten berdiri di atas tanur, tungku-tungku pembakaran tempat timah-timah murni dipanaskan.
Butuh suhu setidaknya 1.300 sampai 1.400 derajat buat melebur timah-timah ini. Peleburan diperlukan untuk mengurangi berat timah sebelum nantinya diolah lagi menjadi produk jadi. Proses peleburan biasanya makan waktu hingga 24 jam.
"Proses smelting, dia mengupgrade biji timah. Bijih timah dari kadar low grade 20-30 persen menjadi 70 persen itu tin content namanya," ujar Kepala Unit Metalurgi Muntok Wiyono.
Wiyono menjelaskan tahap demi tahap yang dikerjakan di smelter dimulai bahkan sejak dari mineral timah masih berbentuk pasir. Dari pasir ini kemudian masuk ke tanur hingga menghasilkan output timah cair.Timah cair kemudian dimurnikan, untuk kemudian menghasilkan tin ingot.
ADVERTISEMENT
Dari pantauan kumparan, para pekerja di tanur bertugas memastikan nyala api tetap stabil. Bergeser sedikit dari tanur, tampak 4 orang pekerja tengah sibuk berdiri di mesin pencetakan timah. Pada tahap inilah, proses produksi timah Banka LL 50, LL 100 hingga LL 200 mulai kelihatan.
Bahan yang belum jadi sebelumnya atau berupa timah cair, kini mulai berubah bentuk menjadi balok-balok berwarna kekuningan, alias mirip emas batangan. Proses ini tampak tak memakan waktu cukup lama.
Beberapa menit dipanaskan di mesin pencetak, balok-balok mulai terbentuk untuk lalu diangkat dan disusun lalu dibawa menggunakan forklift. Timah-timah jadi itu dipindahkan menggunakan alat berat ini ke tempat pengemasan sebelum kemudian disusun ke atas truk yang siap membawa produk jadi meninggalkan smelter.
ADVERTISEMENT
Selain diolah menjadi bentuk-bentuk balok, di ruangan lain, timah cair ini juga diolah menjadi four nine dengan kadar timah 99 persen. Flow proses electrolytic refinig, itulah nama proses yang kemudian menghasilkan timah-timah dengan bentuk mirip kertas keemasan.
"Timah cair ini memang nanti dimurnikan, nanti yang besinya dibuang kemudian jadi tin ingot, balok tin ingot. Kemudian jadi bahan untuk handphone. Ini untuk yang electronic grade," ungkap Wiyono.
"Tapi untuk foodgrade, kita timahnya 99,99 persen. Itu banyak jadi kita ekspor ke Eropa nanti dia jadikan kaleng kemasan," tambahnya.
Dalam kapasitas maksimal, terdapat 6 tanur yang bisa dioperasikan di smelter ini. Wiyono menyebut kapasitas maksimal produksi smelter ini bisa mencapai 45.000 ton per tahun.
ADVERTISEMENT
Smelter Ausmelt Sudah 95 Persen Rampung
Adapun saat kumparan berkunjung, smelter baru bernama Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace tampak tengah dikerjakan. Wiyono menjelaskan, keberadaan smelter baru bertujuan melakukan transformasi ke arah green technology. Ausmelt mengakomodir kemungkinan lebih sedikit udara yang dilepas sehingga lebih efisien.
"Recoverynya sudah lebih tinggi. Sekarang rata-rata 96,7 persen. Mungkin dengan ini (Ausmelt) akan naik 98 persen," tuturnya.
Adapun proses pengerjaan smelter baru itu, kata Wiyono, sudah mencapai 95 persen. Tanur-tanur yang lama ini nanti hanya akan bertugas sebagai alat cadangan saat smelter baru kelar dan beroperasi.
"Ada proses transisinya kurang lebih 2 tahun. Nanti yang lama ini jadi standby unit," jelas Wiyono menutup kunjungan