Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menperin Bantah RI Masuk Tahap Deindustrialisasi, Ini Buktinya
6 Mei 2025 11:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membantah soal Indonesia memasuki tahap deindustrialisasi karena angka nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added/MVA) Indonesia berada di atas rata-rata global.
ADVERTISEMENT
Agus mengatakan, klaim yang menurutnya banyak digaungkan oleh pengamat tersebut tidak terbukti jika dilihat dari data MVA maupun rilis Badan Pusat Statistik (BPS), terkait kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau GDP nasional kuartal I 2025.
"Saya ingin mempertanyakan pada para pengamat yang mengatakan bahwa Indonesia sedang masuk atau sudah masuk ke dalam tahap deindustrialisasi itu salah, kalau kita lihat dari MVA juga salah, kalau kita lihat dari kontribusi manufaktur terhadap GDP pun itu juga salah," katanya dalam acara kumparan New Energy Vehicle Summit 2025, Selasa, (6/5).
Berdasarkan data Bank Duia, MVA sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2023 mencapai USD 255,96 miliar atau meningkat 36,4 persen dibanding tahun 2022 sebesar USD 241,87 miliar.
ADVERTISEMENT
"Angka ini merupakan angka yang tertinggi dalam sejarah Indonesia dan pada tahun 2023. Indonesia sudah berhasil memempatkan diri dalam Manufacturing Value Added pada posisi ke-12 terbesar di dunia dan nomor 5 terbesar di Asia setelah China, Jepang, India dan Korea Selatan," ungkap Agus.
Agus menegaskan, angka MVA Indonesia terus meningkat sejak tahun 2019, selain saat pandemi COVID-19. Dengan capaian MVA pada tahun 2023 tersebut, Indonesia menempati posisi pertama di ASEAN.
Bahkan, Indonesia sudah melampaui rata-rata MVA global dunia sebesar USD 78,73 miliar, sementara rata-rata MVA Indonesia secara historis sebesar USD 102,85 miliar.
"Kini nilai MVA yang dicatat oleh Indonesia itu setara dengan beberapa negara industri maju atau beberapa negara yang sudah dikenal sebagai industri maju seperti Inggris, Rusia, Prancis," jelas Agus.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Agus, klaim bahwa Indonesia memasuki masa deindustrialisasi juga terpatahkan dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang kuartal I 2025 sektor manufaktur menyumbang 17,50 persen terhadap PDB.
Secara tahunan (year on year), Agus menyebutkan porsi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia naik dari 17,47 persen menjadi 17,50 persen, sementara secara kuartalan (quarter to quarter) juga naik dari 17,31 persen menjadi 17,50 persen.
"Sekali lagi, terus-menerus menjadikan faktor utama penyumbang dari pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan juga daya sayang ekspor nasional," tutur Agus.