Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Menperin: Digitalisasi Tak Akan Mematikan Industri Konvensional
24 April 2018 14:42 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Saat ini Indonesia tengah memasuki revolusi industri 4.0, yaitu kondisi ketika penggunaan teknologi digital makin marak. Revolusi industri pertama adalah ketika ditemukannya mesin uap, kemudian revolusi industri kedua ketika listrik mulai digunakan, dan revolusi industri 3.0 ketika dimulainya robotisasi.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana nasib industri konvensional di era industri 4.0?
"Alat tenun bukan mesin itu masih didorong oleh Apindo, siapa bilang industri manual itu langsung hilang? Buktinya alat tenun masih digalakkan," paparnya dalam acara Musyawarah Nasional Apindo ke-10 di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (24/4).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa digitalisasi memang tidak bisa dihindari, tapi digitalisasi tak akan menghilangkan lapangan kerja. Justru ada lapangan-lapangan kerja baru yang tercipta dari perkembangan teknologi.
Sebab, revolusi industri 4.0 merupakan lanjutan dari revolusi industri ketiga yang butuh segala hal terkait internet dan juga kebutuhan data yang cepat dan besar. Karena itu, sangat penting untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi ini.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, di balik pengoperasian sebuah robot pasti membutuhkan tenaga kerja manusia. Aplikasi ojek online juga masih butuh manusia sebagai driver. Contoh lain lagi adalah e-commerce. Apa bisa e-commerce mengoperasikan layanannya tanpa perlu customer service yang berwujud manusia?" tegasnya.
Airlangga juga berpendapat bahwa para pedagang konvensional hingga pedagang kaki lima tak akan tergerus habis dengan proses digitalisasi ini. Bahkan digitalisasi bisa membuat usaha kecil makin berkembang dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi baru.
"Para pedagang kaki lima kan enggak hilang. Mereka masih ada bahkan bisa berkembang dengan adanya aplikasi belanja online seperti Tokopedia. Mereka hanya bayar sekitar Rp 4 juta untuk berjualan di aplikasi tersebut. Di mana lagi tempat di zaman sekarang yang buat bisnis terus bayar sewanya sebesar Rp 4 juta?" tuturnya.
ADVERTISEMENT