Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
PT Garam (Persero) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meresmikan komisioning pilot project garam industri di Manyar, Gresik, Jawa Timur Jumat (20/12).
ADVERTISEMENT
Kerja sama itu terkait peralatan produksi garam industri dengan sistem terintegrasi. Pilot project ini ditunjang dengan teknologi yang mampu meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi garam industri dengan NaCl sebesar 98 persen.
Kepala BPPT, Hammam Riza menjelaskan, teknologi yang dirancang oleh BPPT dapat membantu petani garam dalam meningkatkan kualitas produk garam lokal. Sehingga, memiliki nilai tambah dan dapat bersaing dengan garam impor.
"Diharapkan ke depan petani garam memiliki dan menyimpan garam dalam bentuk garam industri yang memiliki nilai jual lebih baik dibandingkan garam krosok yang ada selama ini," ujar Hammam di lokasi.
Hammam menjelaskan, impor garam Indonesia sepanjang 2018 melambung hingga 3,7 juta ton. Namun, kini garam konsumsi yang kebutuhannya sekitar 2 juta ton per tahun sudah dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Sementara itu, garam industri masih 100 persen impor.
ADVERTISEMENT
"Inovasi ini diharapkan dapat menjadi contoh untuk implementasi di sentra produksi garam lain di seluruh Indonesia dengan menggunakan desain BPPT ini sebagai referensi, maka permasalahan kualitas garam lokal dapat diselesaikan," jelasnya.
Hammam mengungkapkan, investasi pilot project ini mencapai Rp 27 miliar. Investasi itu hanya untuk peralatan saja. Hal itu tak jadi masalah, pasalnya sebagai cara meningkatkan kualitas garam petani dalam negeri. Perlu diketahui, garam krosok petani bisa dibeli dengan harga maksimum Rp 800 per kilogram, dengan kualitas minimum 88 persen NaCl.
"Petani yang saat ini punya garam 90 persen NaCl dapat dengan mudah masuk ke pabrik yang sekarang berdiri di sini. Pilot project garam industri ini memiliki kapasitas 40 ribu ton per tahun," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro berharap, peresmian pilot project garam industri ini bisa mengurangi kebergantungan industri terhadap garam impor.
"Nantinya rumah tangga maupun perusahaan akan dengan senang hati membeli garam dari PT Garam ini. Dan yang lebih penting mengurangi kebergantungan impor, karena garam yang dihasilkan mempunyai kualitas yang sama dengan garam yang selama ini diimpor," ungkap Bambang.
Bambang mengaku sadar dengan drama kebutuhan garam di dalam negeri. Garam dalam negeri kerap dibenturkan dengan impor garam untuk kebutuhan industri. Terlebih, soal nasib para petani garam. Ia menyebut, drama itu seolah menggambarkan pemerintah tak berpihak kepada petani garam lantaran pemerintah melakukan impor garam.
"Dua isu ini dibenturkan satu sama lain. Sehingga berkesan pemerintah tidak hadir dan membiarkan begitu saja impor dan menjatuhkan harga garam rakyat. Impor garam industri yang membuat garam rakyat seolah-olah tidak berharga. Ada kesan importir diuntungkan, rakyat dirugikan," bebernya.
ADVERTISEMENT
Bambang menjelaskan, garam lokal produksi petani garam dalam negeri biasanya dibeli dengan harga murah, sebab kualitas garam yang dihasilkan di bawah standar. Garam lokal yang diproduksi dengan peralatan seadanya, sehingga memiliki NaCl rendah. Itu yang membuat harga jual menjadi rendah.
"Harus ada upaya meningkatkan kualitas dari garam itu sendiri. Pabrik ini bisa menghasilkan garam dengan berbagai tingkat, untuk berbagai keperluan. Itu lah yang disebut menyelesaikan masalah dari akarnya. Ini bisa mengurangi kebergantungan impor," jelasnya.
Lanjut, ia menyebut PT Garam dan BPPT memiliki tantangan untuk mencari strategi tepat dalam memasarkan garam hasil dari pilot project ini.
"Karena importir pasti gerah. Kita harus sama-sama berjuang mengurangi dominasi impor garam," pungkas.