Menteri Edhy Sebut Bisnis Perikanan dan Kelautan Tak Kenal COVID-19

19 November 2020 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat Raker Komisi IX DPR RI, Jakarta (12/2). Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo saat Raker Komisi IX DPR RI, Jakarta (12/2). Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengaku sempat khawatir sektor perikanan dan kelautan bakal terpuruk karena pandemi COVID-19. Kekhawatiran tersebut bermula pada saat penjual udang datang ke Edhy di awal pandemi masuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Edhy mengungkapkan, mereka meminta keringanan agar produknya dibeli dengan harga awal yang tidak ada keuntungannya yaitu Rp 35.000 per kilogram (kg). Padahal, harganya semula adalah Rp 75.000.
“Faktanya sekarang mereka sudah mengantongi untung Rp 20.000 per kilo udang dengan ukuran 40 ekor per kilo. Ini menunjukkan bahwa potensi ini tidak mengenal penyakit COVID-19,” kata Edhy saat acara Jakarta Food Security Summit 5 secara virtual, Kamis (19/11).
Ilustrasi kapal nelayan lokal. Foto: Dok: KKP
Edhy mengungkapkan, potensi komoditas tersebut cukup besar. Saat pandemi restoran boleh tutup dan negara bisa lockdown, tetapi rakyat tetap butuh makan. Sehingga sektor perikanan dan kelautan umumnya masih bisa bertahan.
Italia di awal-awal pandemi COVID adalah negara pertama kali menutup diri, impor perikanan dari Indonesia tidak berhenti. Jadi memang kita sedang pandemi tapi pandemi menguji kita dan inilah peluang kita untuk membangkitkan ekonomi di sektor perikanan dan kelautan,” ujar Edhy.
ADVERTISEMENT
Edhy menjelaskan, potensi perikanan dan kelautan tersebut tetap harus digenjot khususnya di dalam negeri. Sehingga produksi dalam negeri bisa optimal. Untuk itu, ia meminta koordinasi semua pihak terkait agar bisa dimaksimalkan.
“Amanat dari Presiden Jokowi perbaiki komunikasi dengan seluruh stakeholder, seluruh nelayan. Ini artinya orang per orangan, berkelompok, dan korporasi. Maka ini jadi kunci dasar. Kedua optimalkan budi daya. Budi daya laut agar bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya,” tutur Edhy.