Menteri ESDM Bakal Batasi Pembangunan Smelter Feronikel

5 Desember 2022 14:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta, Jumat (9/9/2022). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Jakarta, Jumat (9/9/2022). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara mengenai rencana membatasi pembangunan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang memproduksi produk nikel kelas dua, seperti feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).
ADVERTISEMENT
Adapun produk kelas dua tersebut nantinya bisa menghasilkan berbagai produk hilirisasi nikel, seperti stainless steel. Dengan begitu, melalui kebijakan tersebut, industri stainless steel juga akan semakin terbatas.
"Kita bukan enggak boleh lagi (membangun smelter RKEF), tapi kan sudah kebanyakan, kita kan punya yang kadar nikel tinggi ada batasannya," ujarnya kepada wartawan di kawasan Gedung Sate Bandung, Minggu (4/12).
Dia menjelaskan, sumber daya mineral nikel yang dimiliki Indonesia sangat besar, sehingga sayang sekali jika hanya diproduksi menjadi produk nikel kelas dua yang kadarnya rendah. Hal ini juga seiring dengan didorongnya ekosistem industri baterai kendaraan listrik.
Pengolahan nikel jadi feronikel di Antam, Kendari. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Salah satu bahan baku baterai lithium untuk kendaraan listrik adalah nikel yang harus diproses menggunakan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Sehingga, smelter ini yang nanti akan lebih digenjot pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Itu bagusnya bisa dipakai untuk memproduksi hilir yang lebih mempunyai nilai tambah. Jadi ini ada lagi yang industri lagi di bawahnya sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan. Pengusaha juga untung karena kelipatan nilai tambahnya sangat besar," jelas Arifin.
Meski begitu, Arifin tidak menjelaskan secara spesifik rencana pembatasan smelter RKEF tersebut maupun peta jalan untuk membatasi industri stainless steel di Indonesia.
"RKEF iya ke depannya kalau ada ini baru, kita minta untuk ada program lanjutannya," pungkasnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin, memastikan industri stainless steel yang menggunakan bahan baku nikel kadar tinggi (saprolit), akan mulai dibatasi di Indonesia.
Ridwan menjelaskan, kebijakan tersebut seiring dengan didorongnya ekosistem industri kendaraan listrik, di mana baterai lithium salah satunya menggunakan bahan baku nikel kadar rendah (limonit).
ADVERTISEMENT
"Supaya kita tidak kehabisan bahan baku stainless steel, jadi sudah cukup smelter kita, kita mau alihkan ke yang lain yang lebih hilir dan mengarah ke baterai," ujar Ridwan kepada wartawan usai groundbreaking Proyek Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11).
Ridwan menuturkan, pemerintah menganggap produksi stainless steel yang masif dilakukan di Indonesia sudah cukup karena dinilai tidak akan efektif untuk produksi baterai lithium.
"Stainless steel kita anggap cukup karena kalau kita tambah-tambah terus nanti bahan baku kita tidak cukup panjang nanti baterainya. Sementara cukup dulu nanti kita arahnya sekarang nikel kadar rendah untuk baterai," jelasnya.