Menuju Indonesia Hijau, Menggerakkan Ekosistem Kendaraan Listrik

14 November 2024 20:06 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Rest Area Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 130, Rabu (20/3/2024).  Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Rest Area Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) KM 130, Rabu (20/3/2024). Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemanasan global masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang besar bagi dunia. Isu ini bukan lagi hanya soal lingkungan, namun soal keberlangsungan hidup di masa depan.
ADVERTISEMENT
Negara dari berbagai belahan bumi berupaya keras bahu-membahu mengatasi suhu permukaan bumi yang kian meningkat. Sebab, dampaknya akan tak menguntungkan bagi kehidupan.
Dalam, catatan World Meteorological Organization, sepanjang tahun 2024 suhu bumi menunjukkan tren selalu meningkat. Bahkan mencapai rekor terpanas.
“Sejak tahun 1850 sampai 2024, tahun ini merupakan tahun terpanas,” tertulis dalam laporannya pada 11 November 2024.
Laporan suhu global World Meterological Organization. Foto: World Meterological Organization
Tahun 2024 terjadi penambahan suhu sampai 1,5 derajat celsius. Faktor pemanasan global dan ulah manusia menjadi kunci.
Manusia membabat hutan, mendorong rumah kaca, membuat industri merusak, hingga menyebabkan polusi kendaraan.
Melihat sederet permasalahan tersebut, Indonesia tidak tinggal diam. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten berupaya menekan kenaikan suhu global.
ADVERTISEMENT
Tujuan besarnya adalah mengejar target nol emisi atau zero emission di tahun 2060.
Upaya dimulai dari mengoptimalkan reboisasi hutan, daur ulang (recycle), hingga memaksimalkan energi baru terbarukan (EBT) atau green energy.
Green energy ini juga dimaksimalkan dari segala sektor. Mulai dari bahan bakar nabati (BBN) atau yang biasa disebut biofuel hingga listrik berbasis energi terbarukan.

Listrik hijau untuk masa depan

Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
Tidak dapat dipungkiri, aktivitas manusia sangat bergantung pada listrik. Segala sektor industri memerlukan listrik sebagai roda pemutarnya.
Setidaknya, di Indonesia ada 277,5 juta jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, ini menjadi tugas besar, mulai dari pusat kota hingga daerah terpelosok.
Sebagai tulang punggung, PLN berupaya keras agar listrik dapat teraliri secara merata. Untuk itu, sumber pembangkitnya harus berimbang dengan jumlah kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan laporan statistik PLN tahun 2023, setidaknya PLN mempunyai 6.446 pembangkit listrik yang tersebar di seluruh penjuru RI.
PR PLN bukan hanya sekadar memenuhi target kebutuhan listrik. Namun, bertanggung jawab untuk membantu pemerintah dalam menciptakan ekosistem investasi yang berkelanjutan demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Bentuk komitmen ini dituangkan PLN melalui salah satu layanan PLN yang mampu menghasilkan listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) atau green energy as a service (GEAS) guna memenuhi kebutuhan industri di tanah air.
Adapun jenis sumber listrik EBT beragam, mulai dari tenaga air, surya, hingga angin.
Bukti keseriusan PLN ini kemudian terlihat dari jumlah produksi listrik EBT sebesar 17.921,62 GWh atau mencapai 12,06% dari total produksi listrik tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Upaya lain yang dilakukan oleh PLN untuk membantu menghijaukan Indonesia ialah dengan mendukung penuh pemerintah dalam membumikan penggunaan kendaraan listrik.
Program ini juga jadi andalan global untuk membantu menekan angka kenaikan suhu. Sebab, membangun ekosistemnya juga tak hanya berdampak ke lingkungan tapi perekonomian.
Data di atas menunjukkan dunia sudah mulai perlahan beralih dari kendaraan konvensional berbasis bahan bakar menjadi kendaraan listrik.

Bagaimana dengan Indonesia?

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat peningkatan hampir dua kali lipat dalam jumlah kendaraan pribadi berbasis BBM. Baik mobil penumpang maupun sepeda motor dalam satu dekade terakhir.
Dibandingkan dengan 300 kendaraan per 1.000 orang pada tahun 2010, rasio kepemilikan kendaraan mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 500 kendaraan per 1.000 orang pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Tingginya angka penggunaan kendaraan tersebut tentu sejalan dengan jumlah emisinya. Emisi juga berpengaruh besar dalam menyumbang polusi udara yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Bahkan, secara global, 2,2 tahun angka harapan hidup (AHH) manusia hilang akibat tingginya tingkat pencemaran udara saat ini. Angka tersebut meningkat menjadi 3 hingga 4 persen di Asia Tenggara, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Proses pengecasan mobil listrik di SPKLU di rest area Tol Trans Jawa. Foto: Dok. kumparan
Menyadari hal tersebut, PLN kemudian ingin ikut andil dalam pemecahan masalah. Mereka pun konsisten membangun ekosistem kendaraan listrik melalui bisnis infrastruktur charging station atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Penggunaannya juga berbasis aplikasi layanan kendaraan listrik end to end di PLN Mobile. Dengan ini artinya PLN juga mengembangkan industri baterai.

PLN siap jadi pemain utama

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menuturkan PLN siap menjadi pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
PLN telah melakukan berbagai inovasi dan pengembangan produk untuk menunjang ekosistem kendaraan listrik mulai dari hulu hingga hilir.
Salah satu bukti nyatanya, PLN berhasil membangun lebih dari 1.500 SPKLU yang tersebar di kota-kota besar.
Selain itu, ada pula 1.839 unit SPBKLU dan 9.558 Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di sisi lain, untuk terus menggerakkan ekosistem kendaraan listrik, PLN membuka diri kolaborasi dengan berbagai pihak. Khususnya untuk pengembangan SPKLU dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
PLN berkolaborasi dengan industri yang hendak menjadikan SPKLU dan SPBKLU ini menjadi peluang bisnis baru. Artinya, selain mengutamakan target zero emission, PLN turut mendukung perekonomian.
Petugas PLN mencoba alat pengisi daya kendaraan di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Rest Area 88b, Jawa Barat, Kamis (13/4/2023). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
“Kita bangun bersama fasilitas pengisian energi di setiap titik. Kita ajak berbagai pihak ikut membangun SPKLU dan SPBKLU di kantor-kantor, di mal, di rest area, pusat-pusat keramaian dan sebagainya. Ini akan membuat SPKLU semakin menjamur dan akan mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik,” ujar Darmawan.
ADVERTISEMENT
Direktur utama PLN, Darmawan Prasodjo, gelar apel siaga kelistrikan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 di kantor pusat PLN, Jakarta, Selasa (20/12/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
PLN juga mendukung program konversi sepeda motor listrik yang ramah lingkungan. Mereka memberikan promo diskon untuk biaya pasang baru dan tambah daya di rumah untuk pemasangan home charging hingga diskon penggunaan listrik pada pukul 22.00-05.00 WIB.
“PLN Mobile kini juga telah menjadi one stop solution untuk seluruh layanan terkait kendaraan listrik. Harapannya, masyarakat akan semakin dimudahkan dalam prosesnya beralih ke kendaraan listrik,” tutur Darmawan.
PLN juga sudah membuat perencanaan pembangunan SPKLU dan SPBKLU seperti data di atas.
Pengamat energi Fabby Tumiwa juga selaras dengan PLN. Menurutnya, penggunaan kendaraan listrik akan berdampak langsung mengurangi polutan.
“Ya kalau kita lihat kondisi hari ini kalau kita lihat kendaraan listrik itu kan tidak menghasilkan gas buang, polusi dari knalpot itu tidak ada. Lain halnya dengan motor bakar ya, mereka kan menghasilkan emisi gas buang,” kata Fabby kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
“Artinya kendaraan listrik itu lebih bersih karena enggak menghasilkan polusi,” imbuhnya.
Meski begitu, menurut Fabby, tantangan lain dalam melancarkan kendaraan listrik ini. Kata dia, dalam upaya produksi baterai, emisi juga akan timbul.
“Nah tapi harus diingat bahwa produksi baterai kendaraan listrik kalau kita bilang hari ini baterai NMC (nikel-mangan-kobalt) atau LFP (Lithium Ferro Phosphate) ya, khususnya NMC yang menggunakan nikel itu,” kata dia.
“Produksi untuk processing nikelnya itu kan kalau dia menggunakan bahan batu bara maka kita bisa lihat intensitas emisi dari sel baterainya juga tinggi ya,” sambungnya.
Untuk itu, Fabby meyakini bahwa perlu kolaborasi antar-pihak untuk menuju 2060 bebas emisi.
“Kalau tidak diperhatikan untuk prosesnya untuk memastikan dia rendah emisi maka ya menghasilkan polusi tapi tidak di sini di lokasi pemurnian dan produksi baterai itu dilakukan,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Anggota Dewan Energi Nasional, Eri Purnomohadi, menjelaskan, contoh terbaik dari ekosistem kendaraan listrik yang sudah terbentuk ada di China.
“Harusnya rasionya 1:5 atau 1:20, artinya 1 stasiun penge-charge-an berbanding dengan 5 sampai 20 kendaraan. Seperti di China kan masif, di mana-mana ada charging,” kata Eri dalam wawancara dengan kumparan.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menyampaikan sambutan pada acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9/2024). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Pentingnya Kolaborasi

ADVERTISEMENT
Melihat peluang dan celah di atas, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengakui untuk mengatasi permasalahan emisi perlu dilakukan kolaborasi.
Kendaraan listrik memang bukan satu-satunya jalan untuk menekan efek rumah kaca. Namun, menjadi salah satu solusi yang baik.
There is no single solution. Itu prinsipnya,” kata Eniya kepada kumparan.
Eniya menjelaskan, kendaraan listrik bukan hanya baik untuk lingkungan tapi mendongkrak perekonomian melalui hilirisasi.
ADVERTISEMENT
Electric vehicle (EV) digalakkan karena at least emisinya enggak dibawa langsung diecer-ecer ke mana-mana seperti pada saat bawa BBM di mobil. EV juga menumbuhkan hilirisasi agar perekonomian tumbuh. EV karena gampang dibuat, tidak serumit diesel engine atau gasoline engine, maka diharapkan tumbuh penguasaan teknologinya,” sambungnya.
“Industri komponen pendukung harus ditumbuhkan. Harus diberikan ruang untuk industri tumbuh, insentif dari Kemenkeu (Kementerian Keuangan). Green industry diprioritaskan," jelasnya.
Di sisi lain, Eniya menjelaskan bahwa perlunya ada ekosistem hijau yang dilakukan. Jadi tak hanya kendaraan listrik, tapi juga bahan bakar biofuel untuk menurunkan emisi.
SPKLU Ultra Fast Charging Toyota pertama ada di kawasan SCBD, Jakarta. Foto: dok. TAM
Menyambut itu, bukti kolaborasi tersahih PLN dan swasta salah satunya terjadi di Sumatera Utara. Manajer Komunikasi UID PLN Sumut, Surya Sahputra Sitepu, menjelaskan penggunaan SPKLU kini makin masif.
ADVERTISEMENT
“Saat ini pemakaian SPKLU semakin banyak dapat dilihat dari data transaksi SPKLU PLN sampai dengan 13 November 2024 terdapat sebesar 4.113 transaksi dan 106.333 Kwh,” kata Surya kepada kumparan.
“Naik 257% dibandingkan data tahun 2023 yaitu sebesar 1.480 transaksi & 41.417 kwh,” imbuhnya.
Potensi SPKLU di Sumatera Utara khususnya Kota Medan dan sekitarnya sangat berkembang. Hal ini juga terlihat dari peningkatan pembelian unit kendaraan listrik di sana.
“Meningkat seiring dengan meningkatnya penjualan mobil listrik di Kota Medan seperti Wuling, BYD, Hyundai, MG, Chery, KIA, Citroen, Mercedes-Benz dan lain-lain,” tutur dia.
Salah satu perusahaan swasta yang bekerja sama dengan PLN di Sumut dalam upaya meningkat energi bersih adalah Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention.
Peresmian SPKLU di Santika Premiere Dyandra Hotel & Convention, Kota Medan. Foto: Dok. Santika Dyandra Hotel
Pada akhir Oktober lalu, PLN UP3 dan Santika Dyandra meresmikan SPKLU yang dibangun di kawasan gedung Santika Dyandra.
ADVERTISEMENT
“Diharapkan kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak dan menguntungkan customer, pelanggan hotel dan customer PLN, juga customer mobil listrik,” kata General Manager Santika Dyandra Medan Sarmad.

Mimpi bantu wujudkan Hijaukan RI

Segala upaya keras PLN untuk menggerakkan ekosistem kendaraan listrik. Hal ini yang juga membuat Ira Monika Ginting (25), warga Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan, mengaku cukup tertarik menggunakan kendaraan listrik.
Khususnya motor listrik untuk memenuhi mobilitasnya dengan motor konvensional.
Mobil listrik Neta V di SPKLU TMII. Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparan
Menurutnya, sebagai generasi Z, ia harus mengambil peran untuk membantu menghijaukan Indonesia.
Apalagi kata dia, kini tak perlu khawatir karena stasiun pengisian sudah mulai tersebar di Kota Medan. Sehingga, ia tak perlu takut mengantre.
“Tertarik buat beli ke depannya. Apalagi ini kan disubsidi pemerintah kan ya,” kata Ira.
ADVERTISEMENT
“Hitung-hitung membantu kurangi polusi juga, buat diri sendiri dan lingkungan juga,” sambungnya.