Menyulap Lahan Karet di Kaltim Jadi Ladang Kopi Luwak

4 November 2022 14:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kopi Luwak Desa Petani Binaan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kopi Luwak Desa Petani Binaan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Sosok Rindoni, 57 tahun, warga Desa Prangat Baru, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, adalah pelopor pertanian kopi di desanya. Tujuannya hanya satu, agar warga yang sebagian besar bekas transmigran bisa berdaya secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Bukan tanpa alasan, hampir semua warga Desa Prangat Baru adalah petani karet. Namun, pohon karet yang semakin tua dan harganya yang terus merosot, telah berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar. Mereka tak bisa lagi menyandarkan ekonomi dengan hanya menyadap karet.
"Di sini 95 persen adalah petani karet. Tapi sekarang harga karet merosot, kalau musim hujan, hasil sadapan tidak bisa dipakai. Jadi saya merasa harus ada perubahan untuk ekonomi masyarakat desa," kata Rindoni saat ditemui di rumahnya, di Desa Prangat Baru, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa (1/11).
Berlokasi di jalan Poros Samarinda-Bontang, sekitar 2 jam perjalanan dari Bandara Samarinda, Rindoni menyulap halaman dan kebun belakang rumahnya seluas 2 hektar menjadi lokasi Kampung Kopi Luwak. Jika dari arah Samarinda menuju Bontang, lokasinya persis ada di sebelah kanan.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia kopi, Rindoni yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur, bukan nihil pengalaman. Pada 1997, dia bercerita kerap diminta oleh Budenya yang merupakan penjual kopi, untuk meroasting. Bukan pakai mesin canggih, Rindoni meroasting kopi dengan cara manual. Itulah yang menjadi modal dasar dia dalam meramu kopi.
Rindoni kemudian mencoba menanam kopi jenis Liberika di halaman rumahnya. Dia memilih jenis kopi tersebut karena dinilai cocok dengan karakter cuaca di Kalimantan. Namun, saat itu belum ada niatan untuk menjual atau menjadikan kopi sebagai tumpuan ekonomi. Kopi yang dia tanam dikonsumsi sendiri, atau terkadang disajikan untuk para warga sekitar.
Rindoni, Ketua Kelompok Tani Kopi Desan Prangat Baru, Kutai Kartanegara, Kaltim. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Melihat cukup tingginya peluang bisnis kopi, baru pada 2020 Rindoni membentuk kelompok tani kopi. Bukan kopi biasa, dia membuat kopi luwak karena harga jualnya yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Gayung bersambut. Dukungan datang dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) melalui Program Kampung Kopi Luwak Desa Prangat Baru (Kapak Prabu). Program pengembangan kopi Liberika ini merupakan yang pertama dan saat ini satu-satunya di Kalimantan Timur.
PHKT menawarkan pendampingan dan bimbingan dalam usaha kopi melalui program Kampung Kopi. Sejumlah pelatihan dilakukan, mulai dari tata cara pembibitan, menjaga agar kopi berbuah dengan baik, cara panen yang benar, tata cara pengolahan dan penyajian kopi, hingga membuat kemasan yang menarik.
Kini petani dapat mengelola kebun kopi dengan baik. Khusus untuk menjaga kualitas tanah yang baik, kelompok tani belajar bagaimana menjaga dan menambah kesuburan tanah kebun dengan kompos, yang dibantu oleh Santan Terminal PHKT. Melalui kegiatan Corporate Social Innovation (CSI) Biogreening, Santan Terminal telah mampu mengolah limbah organik dari mitra perusahaan katering menjadi pupuk kompos Santan Terminal.
ADVERTISEMENT
“Kami yakin kampung kopi mampu menjadi produsen kopi yang khas Kalimantan, apabila kopi ini di kelola dengan cara yang baik dan benar akan mendatangkan kesejahteraan bagi para petani. Untuk 100 gram kopi luwak harganya Rp 800.000,” kata Rindoni.
Dengan adanya dukungan itu, Rindoni mengaku mulai melakukan pengembangan dengan kelompok tani lain agar satu atap dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dia berencana mengembangkan tempat pusat kegiatan berupa pengembangan edukasi dengan lembaga pendidikan di Kalimantan Timur seperti Universitas Mulawarman.
Pada tahun 2021, PHKT menfasiliasi kelompok ini dengan kegiatan studi banding pengelolaan eduwisata kopi di Malabar Mountain Coffee, Kecamatan Pangalengan, Jawa barat. Kelompok kemudian menyusun rencana kegiatan tindak lanjut kegiatan studi banding yaitu pembangunan Fasilitas Pembibitan (Nursery), penjemuran biji kopi luwak, pengadaan peralatan pengolahan biji kopi Liberika, serta pengemasan dan pemasaran biji kopi Liberika.
ADVERTISEMENT
"Belum semua lahan karet diubah jadi lahan kopi, karena masa panen kopi yang lama sedangkan masyarakat tetap butuh pendapatan. Saat ini lahan kopi disatukan dengan karet. Tapi saya menginginkan secara bertahap nanti kopi bisa menggantikan karet di sini,” ujarnya.
Kepala Desa Prangat Baru, Fitriati, mengatakan PHKT terus mendukung pengembangan Kelompok Kopi Luwak Kapak Prabu ini, dimulai dari tanggal 20 Juli 2020 dengan rencana pendampingan selama 5 tahun, dimulai dari tata cara pembibitan, bagaimana cara melakukan fermentasi kopi luwak hingga edukasi barista.
“Kopi luwak ini telah disajikan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno, sebagai perwakilan dari sekitar 4.600 kepala desa wanita di Indonesia. Kami tetap optimistis dalam mengembangkan kopi luwak ini, dan terima kasih kepada PHKT atas support-nya yang luar biasa,” ujar Fitriati.
ADVERTISEMENT
Kopi Luwak Desa Petani Binaan Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Foto: Angga Sukmawijaya/kumparan
Kelompok Kampung Kopi dengan tekun terus meningkatkan produksi, serta mutu dan kualitas biji kopi hingga banyak tamu berkunjung, mulai dari pihak swasta, pelajar, dan stakeholder lain. PHKT terus mendorong kelompok untuk bisa melakukan replikasi penanaman bibit kopi Liberika.
Pada tahun 2022 tercatat telah dilakukan penanaman 13.560 bibit kopi Liberika pada lahan seluas 27 hektar oleh 25 anggota kelompok. Sehingga program Kapak Prabu tidak hanya mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi, namun juga mampu memberikan kontribusi serapan karbon 266,5 ton C02 dan pelepasan 416 ton gas 02.
“Untuk terus mengingkatkan ekonomi kami juga mulai mengembangkan varian baru, dengan sinergi satu tujuan yaitu meningkatkan perekonomian di wilayah ini karena kami yakin potensi kopi tidak pernah turun. Harapan kami juga, siapa pun yang datang, hatinya akan senang,” ungkap Fitriati.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan terpisah, General Manager Zona 10 Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, Djudjuwanto, memberikan apresiasinya dan menjelaskan bahwa pada tahun 2021 lalu, Kopi Luwak Kapak Prabu berhasil meraih PROPER Emas, hal ini merupakan prestasi luar biasa dan melalui kolaborasi dan dukungan dari Desa Prangat Baru, semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan dilanjutkan.