Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Meski Secara Teknis Sudah Bangkrut, Garuda Indonesia Mimpi Bisa Bangkit di 2023
10 November 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk di ambang kebangkrutan karena besarnya utang yang menggunung, sementara ekuitas negatif. Meski begitu, pemerintah tetap bermimpi satu-satunya BUMN penerbangan nasional ini bisa bangkit lagi, paling tidak di akhir 2023.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo , mengungkapkan utang Garuda Indonesia saat ini tembus USD 9,78 miliar atau setara Rp 138,87 triliun (kurs dolar Rp 14.200). Sementara ekuitas negatif USD 2,8 miliar atau setara Rp 40 triliun.
Adanya pandemi makin memperparah kondisi keuangan Garuda Indonesia. Tiko, sapaan akrabnya, menyebut utang Garuda Indonesia bertambah USD 100 juta hingga USD 150 juta atau Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun per bulan.
"Garuda sudah technically bankrupt, sehingga dibutuhkan upaya restrukturisasi masif yang kemudian akan membutuhkan permodalan baru dari pemegang saham atau investor strategis," kata Tiko dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR, Selasa (9/11).
Bersama manajemen, pemerintah pun mencari cara keluar dari masalah ini. Solusi paling mungkin diambil saat ini adalah restrukturisasi. Ada tiga opsi yang disiapkan.
ADVERTISEMENT
Pertama, kebijakan pengurangan jumlah pesawat. Dari sebanyak 202 pesawat yang tercatat di 2019, menjadi hanya 134 pesawat pada tahun 2022. Jenis pesawat juga akan dikurangi dari 13 jenis menjadi 7 jenis untuk mensiplikasi operasional pesawat. Kata Tiko, ini, salah satu inefisiensi di masa lalu karena pesawatnya macam-macam.
Kedua, mereka akan berunding dengan lessor buat negosiasi utang Garuda. Terutama utang atas kontrak pesawat yang masih akan berlanjut di masa mendatang.
Terakhir, Garuda juga bakal mengusahakan pembatalan nilai utang dan tunggakan untuk tipe kreditur tertentu. Misalnya, buat kreditur BUMN seperti Airnav, Pertamina, hingga Himbara, akan ditempuh skema zero coupon bond.
"Dengan zero coupon bond ini, misalnya kita issue nominalnya Rp 250 miliar, 10 tahun lagi mungkin Rp 1 triliun, sehingga persepsi kerugian negara tidak ada. Jadi tidak ada direct haircut di muka kepada BUMN," beber Tiko.
ADVERTISEMENT
Garuda Indonesia Yakin Bisa Bangkit Lagi Akhir 2023
Dengan tiga opsi restrukturisasi yang disiapkan, Tiko optimistis Garuda Indonesia bisa pulih pada akhir 2023. Menurut hitungan bersama, akan terjadi penurunan biaya operasional bulanan ke USD 80 juta pada April 2022 jika restrukturisasi berhasil.
Garuda Indonesia juga memasang target pendapatan mencapai USD 70 juta akhir tahun ini, lalu Mei-Juni pendapatan bisa mencapai USD 120 juta dan menutupi biaya pengeluaran (break even point/BEP), dan naik lagi ke USD 200 juta pada akhir 2023 asal tidak ada lagi pengetatan PPKM.
Tiko yakin hal ini bisa diwujudkan karena berkaca pada keberhasilan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) dalam restrukturisasi utangnya, membuat biaya operasional turun hingga 50 persen atau USD 100 juta.
ADVERTISEMENT
"Harapannya enggak ada lagi PPKM ketat dan third wave (pandemi gelombang ketiga). Jadi kita tetap punya optimisme, Insyaallah pandemi membaik, jumlah penumpang domestik dan internasional juga membaik, pariwisata bangkit, sehingga Garuda Indonesia akan muncul sebagai airline yang positif di 2023," tegasnya.