Meski Tak Berdampak Langsung, OJK Masih Waspadai Efek Kolapsnya SVB di RI

6 April 2023 15:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Silicon Valley Bank (SVB). Foto: Sundry Photography/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Silicon Valley Bank (SVB). Foto: Sundry Photography/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), Credit Suisse, dan sederet bank di luar negeri lainnya tidak berdampak langsung kepada industri perbankan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah, Bambang Widjanarko, menyebutkan tidak ada eksposur secara langsung antara perbankan Indonesia dengan SVB.
"Karena tidak ada keterkaitan bisnis yang terhubung langsung dengan SVB, kami bisa katakan di perbankan digital tidak dampak langsung karena tidak ada transaksi atau produk langsung kepada SVB," ujarnya saat Seminar Virtual LPPI, Kamis (6/4).
Bambang melanjutkan, kegagalan SVB dan bank lainnya mau tidak mau pasti pengaruh kepada pihak lain, walaupun dia menilai penanganan di AS sudah tepat dan cepat untuk mencegah merembetnya dampak kepada sektor lain.
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Di sisi lain, kata dia, OJK mengaku bangga kepada Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terus berkolaborasi sehingga menciptakan suasana ekonomi domestik cukup baik untuk pengembangan industri perbankan.
ADVERTISEMENT
"Kami optimis bank resilien di tengah kegagalan bank di luar negeri, saat bersamaan kami terus meningkatkan kewaspadaan untuk mengawasi dan mengelola ini dengan baik," imbuh Bambang.
Bambang pun memaparkan kondisi perbankan nasional hingga Februari 2023 masih terjaga dengan baik dan melanjutkan momentum pertumbuhan, terlihat dari Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 7.989 triliun, didominasi oleh rasio dana murah (CASA).
Ilustrasi Silicon Valley Bank (SVB). Foto: rafapress/Shutterstock
Selain itu, tingkat likuiditas perbankan juga masih baik dari parameter Negotiable Certificate of Deposit (NCD) dan alat likuid terhadap DPK ada Februari 2023 masing-masing adalah 129,58 persen dan 29,13 persen.
"Parameter lain untuk memantau likuiditas mengenai liquidity coverage ratio dan net stable funding ratio pelengkap kemampuan likuiditas masih besar yaitu 244,2 persen dan 140,42 persen dengan threshold 100 persen," papar Bambang.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kredit perbankan per Februari 2023 sebesar Rp 6.375 triliun, naik 10,64 persen (yoy) dengan rasio kredit macet (NPL) yang masih relatif terjaga di 2,58 persen, serta Capital Adequacy Ratio mencapai 26,1 persen.
"Kami masih optimistis beberapa perbankan masih cukup resilien, tapi terus terang kewaspadaan tetap kami jaga. Kami di ojk bukan saja memantau industri ini tapi kami juga secara individu kami lakukan pemantauan ketat," jelas Bambang.