Milenial Jadi Penguasa Pasar Modal, Ini Tipsnya Biar Jadi Investor Andal

9 Juni 2021 12:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Eksekutif muda kantoran. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Eksekutif muda kantoran. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pandemi telah berdampak buruk ke perekonomian hingga menimbulkan resesi. Tak hanya Indonesia, tapi banyak negara di dunia. Hal ini telah menimbulkan kesadaran perlunya ketahanan finansial, untuk bisa bertahan di situasi ekonomi yang sulit.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara membangun ketahanan finansial itu adalah dengan berinvestasi, termasuk di pasar modal. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah investor di pasar modal.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Desember 2021 jumlah Single Investor Identification (SID) saham sebanyak 1,69 juta akun. Angka tersebut melonjak 53,47 persen dari 1,1 juta SID pada Desember 2019. Sementara secara total, jumlah investor pasar modal tahun 2020 mencapai 3,88 juta atau melonjak 56 persen dari jumlah investor tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta.
Kabar baiknya, kesadaran itu muncul tak hanya dari kalangan yang dewasa yang sudah mapan secara ekonomi. Tapi juga dari kalangan milenial. Hal ini terlihat dari lonjakan jumlah investor yang didominasi kalangan berusia 30-an tahun.
ADVERTISEMENT
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), berdasarkan demografi investor individual per Februari 2021, jumlah investor individu dengan usia di bawah 30 tahun sudah mencapai sekitar 57 persen.
Dirut BEI Inarno Djajadi di acara pembukaan perdagangan saham awal tahun 2020 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Meski demikian, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, menyatakan ada hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan selain lonjakan jumlah investor saham, khususnya dari kalangan milenial. Yaitu soal kualitas investor saham dalam negeri.
“Salah satu caranya adalah dengan melakukan sosialisasi dan edukasi. Sehingga masyarakat yang menjadi investor di BEI tidak hanya sekadar ikut-ikutan, namun memang memahami saham perusahaan yang dikoleksi. Baik dari sisi fundamental maupun teknikalnya,” kata Inarno.
Cukup beralasan jika Inarno menaruh perhatian pada sosialisasi dan edukasi investor, khususnya dari kalangan milenial. Karena berdasarkan survei OJK, kalangan milenial usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 32,1 persen, sedangkan usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi keuangan sebesar 33,5 persen.
ADVERTISEMENT
Dari survei yang sama juga terungkap, literasi dan inklusi pasar modal merupakan yang terendah di antara sektor industri keuangan lainnya. Yakni hanya 4,9 persen untuk tingkat literasi dan 1,55 persen untuk tingkat inklusi di sektor pasar modal.
Angka itu jauh tertinggal, misalnya jika dibandingkan dengan literasi perbankan yang mencapai 36,12 persen dan untuk tingkat inklusinya jauh lebih tinggi lagi yakni 73,88 persen.
Aidil Akbar Madjid. Foto: Dok. AZ Consulting
Ketua Asosiasi Perencana Keuangan Indonesia, Aidil Akbar Madjid, memberikan sejumlah tips agar para milenial di pasar modal bisa jadi investor andal. Di antaranya yakni menentukan posisi, apakah akan sebagai investor atau sebagai trader (berdagang alias jual-beli saham untuk mencari keuntungan).
“Mengapa hal ini penting sekali? Karena teknik dan cara mengelola dan investasi di saham sangat berbeda antara menjadi seorang investor saham dengan seorang trader saham,” katanya.
ADVERTISEMENT
Dia menambahkan, perbedaan posisi tersebut juga membawa berbagai konsekuensi, yang harus diperhatikan para investor milenial di pasar modal. Yakni:
Sebagai alternatif investasi saham, emiten BBKP bisa jadi salah satu pilihan. Manajemen Bank KB Bukopin berulang kali menyatakan komitmen untuk meningkatkan value Bank KB Bukopin melalui proses transformasi hingga 2025, sehingga saham BBKP bisa dijadikan alternatif investasi jangka panjang.