Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mimpi Bos Sritex yang Belum Kesampaian: Mengajak UKM RI Sukses Bersama
22 Februari 2019 16:39 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Srite x merupakan perusahan tekstil asal Indonesia yang telah berhasil menembus pasar dunia. Sritex kini bahkan telah menjadi produsen seragam militer bagi 33 negara. Tak hanya itu, ekspor perusahaan yang bermarkas di Sukoharjo, Jawa Tengah ini, juga telah merambah ke Amerika Serikat hingga China.
ADVERTISEMENT
Meski pencapaiannya cukup fantastis, Chief Executive Officer (CEO) Sritex Iwan Setiawan Lukminto ternyata masih punya mimpi lain. Iwan tidak ingin sukses seorang diri. Menurutnya, sukses adalah milik bersama, termasuk bagi unit-unit usaha mikro yang juga berkecimpung di dunia tekstil dan garmen.
“Jadi gini, ambil saja kita anchor perusahaan, Sritex ini butuh UKM-UKM nanti. Untuk kegiatannya Sritex dan dia juga. Ibarat seperti Toyota, SME-nya (Small Medium Enterprise/SME) dia yang digerakkan untuk (membuat) part-part dia. Nah itu, jadi semuanya jalan ekonominya,” ungkap Iwan dalam wawancara untuk program The CEO kumparan, di kantornya di Energy Building, Jakarta, Senin (12/2).
Menurutnya, industri tekstil merupakan salah satu bisnis besar. Produknya pun beragam. Ragam-ragam produk inilah yang sejatinya bisa dilimpahkan kepada UKM-UKM yang ada di Indonesia. Misalnya untuk membuat baju berbahan katun, akan berbeda dengan membuat baju berbahan jeans. Tidak hanya bahan baku, mesin yang digunakan pun berbeda.
ADVERTISEMENT
Seandainya produk-produk itu bisa dihasilkan UKM, maka Iwan yakin, Indonesia bisa menjadi produsen tekstil dengan varian produk paling komplit.
“Nanti kalau buyer datang banyak choice-nya,” ujar Iwan.
Sayangnya, mimpi Iwan ini masih bertolak belakang dengan kondisi yang ada di lapangan saat ini. Menurut dia, UKM-UKM tekstil di Indonesia belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Pada perkembangannya, para UKM justru kalah bersaing dengan produk impor.
Padahal menurut Iwan, jika pemerintah mau lebih tegas mengatur impor produk tekstil, UKM-UKM itu memiliki potensi besar untuk tumbuh besar layaknya Sritex. Iwan mencontohkan misalnya untuk produk kebaya, saat ini produk tersebut justru banyak didatangkan dari luar negeri. Iwan pun menyatakan seharusnya pemerintah bisa lebih melindungi produk kebaya dengan tegas menutup impor dan hanya mengizinkan UKM yang memproduksinya.
ADVERTISEMENT
“Ini kan harus dilindungi, kalau enggak, di-dumping ini habis. Harus di-treatment khusus, diarahkan. Ini membuat ini, ada yang buat ini, ada yang buat hijab. Kasih treatment khusus. Ini harus made in Indonesia dulu, ini jalan dulu. Biar besar dulu ini (UKM) semua, baru pelan-pelan dibuka kerannya masuk. Jadi keran impor itu harus diatur. Supaya industri dan produksi di dalam negeri itu menggeliat,” ujarnya.
Namun sebelum mendorong UKM bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri, menurut Iwan, bisnis ini juga masih harus dibenahi. Sebab pada dasarnya, Indonesia telah punya banyak UKM tekstil yang potensial. Hanya saja kondisinya harus perlu berbenah.
Pertama, UKM tekstil di Indonesia belum dikelola baik. Artinya dari sisi edukasi masih sangat minim. Iwan mencontohkan banyak UKM tekstil di sekitar Sungai Citarum yang masih buang limbah sembarang. Kondisi ini menurut Iwan, perlu adanya edukasi secara terus menerus.
ADVERTISEMENT
Kedua, UKM tekstil di Indonesia juga butuh sentuhan modernisasi. Caranya yaitu dengan membenahi sistem permesinan yang digunakan.
“Ketiga, di-exhibition kan bareng. Jadi kita bisa memakai produk dalam negeri semua. Itu kurang, sangat kurang. Government Political Will-nya kurang,” ujar Iwan.