Minat Milenial Jadi Petani Menurun karena Penghasilan Tak Menjanjikan

18 Oktober 2020 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani memanen padi di sebuah area persawahan di Blimbing, Malang, Jawa Timur, Senin (5/10/2020). Foto: ARDIANSYAH/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani memanen padi di sebuah area persawahan di Blimbing, Malang, Jawa Timur, Senin (5/10/2020). Foto: ARDIANSYAH/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minat masyarakat menjadi petani dianggap mulai menurun. Hal tersebut menurut Head of Center of Food, Energy dan Sustainable Development INDEF, Abra Talattov, tidak terlepas dari pendapatan petani yang kurang maksimal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Abra mengatakan tenaga kerja sektor pertanian juga terus menurun. Ia khawatir ke depan anak muda atau generasi milenial semakin tidak tertarik terjun ke sektor pertanian.
“Jadi ini memang menjadi problem juga ke depan bagaimana ketika generasi yang tuanya sudah mulai makin sedikit, generasi muda milenialnya apakah mereka berminat untuk terjun ke sektor pertanian? Kan ini juga menjadi pertanyaan besar kita ke depan,” kata Abra saat webinar yang digelar Himatipan Unpad, Minggu (18/10).
Abra merasa ketidaktertarikan generasi milenial ke sektor pertanian bisa dilihat berdasarkan survei angkatan kerja nasional menunjukkan penurunan angka petani milenial di 2017 sebesar 34,53 persen. Angka tersebut turun 33,57 persen di 2018 dan 2019 turun kembali menjadi 32,82 persen.
ADVERTISEMENT
“Ini kita enggak tahu tahun 2020, 2021 dan seterusnya apakah generasi milenial di pedesaan tetap berminat untuk terjun di sektor pertanian,” ujar Abra.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dan petani mengoprasikan mesin pemotong padi saat panen raya di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, Lampung, Selasa (6/10/2020). Foto: ARDIANSYAH/ANTARA FOTO
Kondisi tersebut tidak terlepas dari nasib perekonomian petani yang mayoritas kurang baik. Abra Talattov mengungkapkan 53 persen petani masih harus berupaya mencari pemasukan dari sektor lainnya, karena tidak bisa hanya menggantungkan pendapatan dari sawah atau kebun.
Permasalahan tersebut ditambah dengan semakin sedikitnya jumlah penyuluh pertanian khususnya dari kalangan PNS. Berdasarkan data statistik pertanian 2012-2018 menunjukkan tahun 2012 ada 28.529 penyuluh pertanian dari PNS. Angka itu turun menjadi 25.738 di 2018.
“Artinya ini juga menjadi tantangan bagaimana petani-petani tadi dilakukan pembinaan pendampingan oleh para profesional atau akademisi yang memiliki pengetahuan untuk memperkenalkan inovasi pertanian, teknologinya, supaya produktivitas meningkat,” tutur Abra.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.