Minyak Jelantah Bisa Jadi Cuan Emak-emak, Jual ke Industri untuk Pasar Ekspor

15 Mei 2024 20:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minyak jelantah. Foto: Andri wahyudi/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minyak jelantah. Foto: Andri wahyudi/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Minyak jelantah bisa jadi sumber penghasilan ibu-ibu rumah tangga. Pasalnya minyak jelantah dibutuhkan oleh industri untuk menjadi produk ekspor.
ADVERTISEMENT
PT Lima Pilar Resources (LPR) melalui anak usahanya PT Arkad Niaga Indonesia (ARKAD) menyerap minyak jelantah untuk diekspor ke luar negeri.
Sasaran minyak jelantah yang diambil Arkad adalah mulai dari ribuan rumah tangga, restoran, hotel, pabrik makanan, sampai rumah sakit.
Saat ini, proses pengumpulan minyak jelantah dilakukan perusahaan menyasar ke pengepul-pengepul di area Jakarta. Arkad mencatat Jakarta menghasilkan 390 ribu liter limbah minyak jelantah setiap harinya.
Direktur Utama LPR, Hanny Hendarso mengatakan rantai pasok bisnis minyak jelantah bila dikembangkan bisa menyasar lapisan masyarakat lebih luas.
"Kebayang enggak kalau kita punya data akurat, misal Jakarta Selatan, ada berapa kecamatan, kelurahan, ada berapa warga. Terus akhirnya dari satu lokasi saja, satu rumah satu rumah, sehari dia bisa kumpulkan berapa banyak minyak bekas itu. Tinggal dikelola dengan ibu-ibu PKK, ini yang perlu kajian lebih jauh," kata Hanny saat berbincang dengan kumparan di Jakarta, Rabu (15/5).
Ilustrasi minyak jelantah. Foto: Shutterstock
Minyak jelantah atau Used Cooking Oil/UCO bisa dijual untuk ekspor dengan harga USD 800 per tonnya. Pasar untuk energi sirkular seperti ini kebanyakan diserap oleh negara-negara di Eropa.
ADVERTISEMENT
Produksi minyak jelantah di Indonesia sebesar 3 persen dari total volume minyak goreng yang diproduksi di Indonesia. Dengan kebutuhan minyak goreng nasional yang capai 2 juta ton per tahun, artinya ada 60 ribu ton minyak jelantah yang bisa jadi cuan.
Hanny mengatakan, saat ini sangat sedikit minyak jelantah dimanfaatkan di Indonesia. Hasil survei Traction Energy Asia (2022) terhadap rumah tangga dan unit usaha mikro penghasil UCO di Jawa-Bali mengidentifikasi bahwa 78 persen responden masih membuang UCO ke saluran air.
Setelah mengakuisisi Arkad, LPR menargetkan tahun ini bisa membangun storage untuk menampung minyak jelantah ini.
"Tahun ini storage, kemudian tahun depan kita sudah definitif mesin mana yang kita gunakan. Karena tujuannya LPR tahun 2027 kita IPO," pungkasnya.
ADVERTISEMENT