news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Misbakhun Bantah IHSG Anjlok Imbas Kinerja APBN yang Defisit

18 Maret 2025 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco kunjungi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) usai IHSG tertekan, Selasa (18/3/2025).   Foto: Muhammad Fhandra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco kunjungi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) usai IHSG tertekan, Selasa (18/3/2025). Foto: Muhammad Fhandra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Komisi XI DPR RI dari Partai Golkar, Mukhamad Misbakhun, membantah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 6.146 dipengaruhi kinerja APBN. APBN per Februari tercatat defisit Rp 31,2 triliun atau 0,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Kata dia, di awal-awal pemerintahan baru kinerja APBN memang selalu defisit. Tapi, Misbakhun percaya diri sebentar lagi APBN bakal menunjukkan taringnya alias naik.
"Kalo defisit kan APBN kita selalu defisit, selalu di awal awal itu defisit dan kita akan mengalami kenaikan sebentar lagi. Biasanya kita akan menerima pelaporan SPT tahunan di Maret dan April perorangan dan korporasi biasanya kan kita mengalami rebound itu yang selalu terjadi," jelas Misbakhun kepada wartawan di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (18/3).
Meskipun penerimaan negara pada bulan Februari turun, Misbakhun mengaku hal tersebut bisa dikompensasi dengan penerimaan negara bulan berikutnya.
"Saya sangat optimis, karena penerimaan bea cukai kita kan naik, penerimaan PNBP kita kemudian akan mengalami situasi karena harga komoditas saja," lanjut dia.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, mengatakan salah satu penyebab IHSG anjlok adalah kondisi domestik dan global. Dari sisi domestik, kinerja APBN 2025 yang jeblok di awal tahun ini menjadi salah satu pemicunya. Adapun hingga Februari 2025 penerimaan pajak turun 30,19 persen (yoy).
"Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil. Sehingga saham menjadi tidak menarik, dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham," kata dia kepada kumparan, Selasa (18/3).
Sementara dari sisi global, tensi geopolitik timbul karena masih memanasnya Rusia-Ukraina. Selain itu, juga dipengaruhi oleh perang tarif yang dilakukan Presiden AS Donald Trump.
ADVERTISEMENT