MRT Jakarta Targetkan IPO Tahun 2022

27 November 2019 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirut MRT Jakarta William Syahbandar. Foto:  Moh Fajri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirut MRT Jakarta William Syahbandar. Foto: Moh Fajri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT MRT Jakarta menargetkan sampai akhir tahun 2019, laba bersih bisa mencapai Rp 60 hingga Rp 70 miliar. Namun, Direktur Utama MRT Jakarta William Syahbandar memastikan pihaknya tidak hanya ingin berhenti di angka itu.
ADVERTISEMENT
William bakal terus menggenjot pendapatan MRT Jakarta dari tahun ke tahun. Ia mengungkapkan di tahun 2020 bakal ada inovasi yang dilakukan untuk menambah pendapatan.
“(2020) nanti kita tambah lagi naming rights, kita akan keluarkan QR application, interconnection, ada properti yang bangun interconnection, dengan subsidi yang sama, subsidi turun ke penumpang, maka dihitung ke pendapatan,” kata William dalam acara jumpa pers sekaligus acara MRT Journalist Fellowship Program 2019 di Kantor MRT, Jakarta, Rabu (27/11).
William mengungkapkan di tahun 2021 pihaknya sudah mulai mengelola kawasan Transit Oriented Development (TOD). Adanya TOD itu dianggap bisa meningkatkan pendapatan MRT Jakarta.
William berharap dengan pendapatan yang terus meningkat, MRT Jakarta menargetkan bisa Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
ADVERTISEMENT
“Di 2021 kita mulai bayar dividen, 2022 kalau 3 tahun berturut-turut keuangan kita seperti ini (untung) kita bisa IPO,” ungkap William.
Ilustasi di depan Stasiun MRT Bendungan Hilir, Jakarta. Foto: Shutter Stock
Namun, William belum bisa membeberkan berapa lembar saham yang bakal dijual. Ia mengaku saat ini masih menggodoknya bersama pihak-pihak terkait.
Meski begitu, William merasa dengan IPO bisa membuat MRT Jakarta menjadi perusahaan yang sehat. Ia menganggap dengan dimiliki publik membuat MRT Jakarta lebih terbuka pengelolaannya.
“Publik bisa investasi, indikator itu ada. Kalau 3 tahun progresnya naik kenapa enggak kita kasih ke publik, kalau dengan situasi yang positif saat ini ya bagus,” terang William.
“Kami sudah diskusi beberapa ahli untuk ini, kondisinya harus 3 tahun berturut-turut dengan laba yang meningkat,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan, pengeluaran MRT Jakarta di tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp 940 miliar. Sementara itu pendapatan berada di kisaran angka Rp 1 triliun. Sehingga laba bersih antara Rp 60 hingga Rp 70 miliar.
Pengeluaran digunakan seperti untuk perawatan sarana sampai biaya operasional. Sementara itu pendapatan dihasilkan dari penjualan tiket yang angkanya total mencapai sekitar Rp 180 miliar.
Dirut MRT Jakarta William Syahbandar. Foto: Moh Fajri/kumparan
Untuk pendapatan non-tiket, MRT Jakarta mengandalkan adanya periklanan, penamaan stasiun, ritel dan UMKM, sampai telekomunikasi. Total dari pendapatan selain tiket sudah mencapai Rp 225 miliar.
Selain dari 2 pintu tersebut, pendapatan MRT masih ada yang berasal dari subsidi Pemprov DKI mencapai Rp 560 miliar. Subsidi itu mayoritas digunakan untuk tiket para penumpang MRT. Ada juga pendapatan lainnya seperti bunga Bank.
ADVERTISEMENT
“Jadi ada 4 pendapatan MRT. Pertama tiket senilai Rp 180 miliar. Non-farebox Rp 225 miliar. Ketiga PSO atau subsidi Rp 560 miliar dan pendapatan lain-lain itu seperti bunga Bank sekitar Rp 4 miliar,” tutur William.
William mengatakan angka laba bersih itu baru perhitungan dari pihak MRT Jakarta. Secara resmi MRT Jakarta masih menunggu audit terkait jumlah pendapatan di tahun 2019. Meski begitu, William menjelaskan angka laba bersih itu berdasarkan penghitungan matang.