Naik Gunung, dari Hobi Jadi Bisnis hingga Persaingan Ketat Thrifting China

25 Agustus 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi naik gunung. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi naik gunung. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Naik gunung seperti candu. Meski aktivitas ini melelahkan, menghabiskan banyak waktu dan uang, tapi tak pernah sepi peminat. Selalu ada alasan untuk kembali.
ADVERTISEMENT
Akhir pekan, apalagi saat libur panjang, biasanya menjadi waktu favorit mendaki. Bersama teman, pasangan, atau keluarga.
Tren ini menjadi peluang usaha di bidang peralatan kegiatan luar ruang atau outdoor. Alasannya, karena setiap mendaki pasti membutuhkan banyak alat mulai dari tenda, sepatu, jaket, alat masak, tas carrier, dan lainnya.
Seperti tak pernah mati, bisnis peralatan outdoor baru selalu bermunculan. Salah satunya Big Adventure yang didirikan Biga Muhammad pada 2017 di Bekasi, Jawa Barat.
Biga mengatakan, tren bisnis peralatan outdoor cenderung meningkat. Setelah pandemi, ada perubahan gaya hidup di masyarakat yang jadi lebih menyukai kegiatan di luar ruang. Barang-barang yang dijual pun laris manis.
"Saat ini, semakin banyak yang mencoba untuk naik gunung dan berakhir jadi hobi. Apalagi sekarang mulai banyak figur-figur yang mencoba untuk naik gunung, pastinya banyak yang terinspirasi untuk mencoba juga kegiatan ini juga," ujarnya kepada kumparan, dikutip Sabtu (24/8).
kumparan Vekesyen ke Gunung Gede Pangrango. Foto: kumparan
Transaksi penjualan Big Adventure meningkat hingga 3 kali lipat saat libur hari raya, akhir pekan, dan libur akhir tahun. Terutama di bulan-bulan musim kemarau karena jadi momen favorit mendaki.
ADVERTISEMENT
"Biasanya di musim ini adalah momen para pelaku kegiatan outdoor meng-upgrade produk-produknya untuk digunakan di pendakian yang akan datang," lanjutnya.
Apalagi saat ada pemeran outdoor seperti Indonesia Outdoor Festival atau Indofest di JCC, Jakarta, tiap tahun, jadi momen industri peralatan outdoor, termasuk Biga, mengerek penjualan mereka.
"Biasanya di awal musim kemarau banyak pameran-pameran outdoor yang diselenggarakan. Ini adalah sumber pendapatan yang paling besar untuk industri outdoor karena pengunjung bisa mencapai puluhan ribu," ujarnya.
Selain Big Adventure, ada Merapi Mountain. Toko outdoor ini lebih dulu lahir. Dirikan oleh Hendri Agustin sejak Desember 2012 di bawah bendera CV Pijar Merapi Indonesia di Jakarta. Mereka fokus produksi kami pada tenda, sleeping bag dan aksesoris-aksesoris peralatan alam bebas lainnya.
ADVERTISEMENT
Hendri mengungkapkan saat ini tren kegiatan mendaki gunung semakin meningkat, sehingga jumlah pelaku bisnis peralatan pendakian juga semakin bertambah. Terkait dengan pendapatan, dia tidak ingin merincikan berapa banyak yang berhasil dikantongi. Namun, dia mengakui ketika momen tertentu seperti libur panjang, penjualan produk di Merapi Mountain store meningkat.
"Mau libur panjang tuh kan pasti kenaikan. Pokoknya yang mau libur-libur panjang tuh biasanya naik ya," ungkapnya.
Big Adventure. Foto Instagram @bigadventureindo

Sumbang Devisa Besar

Wisata gunung bukan cuma memuaskan si pendaki dan jadi cuan buat pemilik toko outdoor. Tapi juga jadi sumber devisa negara. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Vinsensius Jemadu mengatakan potensi wisata gunung di Indonesia sangat besar, terlihat dari banyaknya wisatawan yang mendaki gunung dan devisa yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
"Kita lihat bahwa salah satu tren pariwisata global adalah adanya perubahan perilaku wisatawan yang berusaha mencari destinasi yang sehat, bersih, termasuk ecotourism dan gunung," kata Vinsensius, dalam acara Indonesia Mountain Tourism Conference (IMTC) yang digelar di Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Secara value atau pergerakan ekonomi dari data tahun 2020 ada sekitar USD 150 juta dolar secara keseluruhan, berasal dari pemasukan 150 ribu pendaki mancanegara dan 1,5 juta hingga 3 juta pendaki nusantara.
Angka ini sendiri merupakan pergerakan ekonomi per tahun untuk wisata gunung di tahun 2020, tepatnya sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Salah satu produk Merapi Mountain Outdoor. Foto: Instagram @merapimountain

Banjir Thrifting China

Meski jadi ceruk bisnis menguntungkan, penjualan barang perlengkapan naik gunung di Indonesia juga dibanjiri produk China. Mereka menjual produk perlengkapan pendakian dengan harga yang lebih murah, impor dari luar negeri, hingga thrifting.
ADVERTISEMENT
Ketua Indonesia Adventure Store Association (IASA), Tongam Panggabean atau bisa dipanggil Tongam Leuser, mengatakan kehadiran produk impor dari China dan thrifting cukup berdampak pada bisnis toko resmi peralatan outdoor. Menurutnya daya beli masyarakat terhadap produk peralatan outdoor di toko resmi menjadi berkurang semenjak kehadiran produk impor dari China dan thrifting.
"Ya tren kalau di gunung-gunung kan orang hiking, camping, kan banyak tuh ya.Trennya meningkat tapi daya beli outdoor-nya jadi berkurang, banyak faktor juga sih. Pengurangan daya pembelian itu faktornya ya mungkin dari barang-barang China masuk barang-barang thrifting, ada juga jadi harganya lebih murah ya, sewa-sewa," ujarnya kepada kumparan.
Berdasarkan catatannya, saat ini tercatat ada lebih dari 500 toko bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun yang telah menjadi anggota asosiasi baru 200 toko.
ADVERTISEMENT
Pemilik Leuser Adventure ini berharap agar bisnis outdoor dapat diperhatikan pemerintah, terutama dukungan kepada pelaku bisnis perlengkapan outdoor di Indonesia seperti memberikan pelatihan terkait dengan manajemen dan sumber daya manusia. Apalagi, bisnis perlengkapan outdoor terutama untuk pendaki gunung ini telah memberikan multiplier effect kepada masyarakat sekitar.
Gunung Rinjani Foto: Shutter Stock
"Bagus sih untuk kita outdoor lah ya, masyarakat apa lagi ya banyak camping, banyak orang hiking kan mereka pada ngopi, makan siang dan sebagainya dari situ kan berarti kan pendapatan masyarakat akan lebih baguslah," ujar Tongam.
Sementara itu, Hendri menilai meski banyak produk thrifting outdoor dari China, barang di tokonya selalu punya daya tarik buat pelanggan seperti tenda frame aluminium alloy dengan bahan polyester.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya kan kayak Eiger atau segala macam kan enggak bikin tuh, produk-produk pendaki itu. Tahun 2012, kita yang bikin menginisiasi, yang bikin secara banyak, akhirnya brand-brand lain bermunculan juga, pada ikut juga yang akhirnya sampai sekarang akhirnya kayak Consina juga mulai bikin," ujarnya.