Natuna Memanas, PTDI Percepat Pengembangan Drone Tempur

3 Februari 2020 21:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melihat pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE)  di hanggar PT DI (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12). Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melihat pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) di hanggar PT DI (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12). Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
ADVERTISEMENT
PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) berencana mengembangkan drone tempur yang berguna untuk tujuan pertahanan dan pengamanan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan prototype untuk pembuatan drone yang memiliki kapasitas pengawasan. Namun ke depan, pihaknya akan terus melakukan pengembangan.
Misalnya saja drone bisa digunakan secara aplikatif dalam bertempur untuk menjaga keamanan seperti di laut Natuna. Tak hanya bisa memantau, namun juga menembak.
“Kita targetnya mudah-mudahan tidak lebih dari tahun 2023. Mudah-mudahan bisa kita percepat. Termasuk drone yang bisa nembak itu,” ujar Elfien ketika ditemui di Gedung DPR Jakarta, Senin (3/2).
Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) di hanggar PT Dirgantara Indonesia (Persero), Bandung, Jawa Barat, Senin (30/12). Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, ia menuturkan, pihaknya akan menggandeng PT LEN untuk pengembangan sistem dan pemasangan senjata.
Sementara itu, PTDI akan bertugas sebagai koordinator yang mengintegrasikan sistem hingga semua komponen untuk produksi drone tersebut.
ADVERTISEMENT
“Itu semua dibagi ke dalam konsorsium tugasnya. Dari situ, baru (kami yang kerjakan),” kata dia.
Adapun total anggaran untuk pengembangan tiap drone tempur itu, ia menyebut setidaknya membutuhkan senilai Rp 800 miliar.
“Total anggaran untuk pengembangan sampai 2024 itu 800 miliar, untuk 5 tahun ke depan. Itu harga untuk satu produk. Tadi diminta dipercepat prosesnya. Tadi kepala BPPT minta ada tambahan udara,” ujarnya.