Neraca Dagang RI Surplus 50 Bulan Beruntun, di Juni 2024 Capai USD 2,39 Miliar

15 Juli 2024 12:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (15/3). Foto: Dok. Plt. Kepala BPS
zoom-in-whitePerbesar
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jumat (15/3). Foto: Dok. Plt. Kepala BPS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 surplus mencapai USD 2,39 miliar. Angka itu turun USD 0,54 miliar secara bulanan atau month to month (mtm).
ADVERTISEMENT
"Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus, memperpanjang catatan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (15/7).
Surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar USD 2,92 miliar dan bulan yang sama tahun lalu sebesar USD 3,45 miliar.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas non migas yaitu sebesar USD 4,43 miliar, dimana komoditas yang memberikan sumbangan surplus adalah bahan bakar mineral HS 27, besi dan baja HS 72, dan beberapa komoditas lainnya," ujarnya.

Ekspor

Amalia menjelaskan nilai ekspor Indonesia pada periode Juni tercatat senilai USD 20,84 miliar atau turun 6,65 persen dibandingkan Mei 2024. Sedangkan secara tahunan atau year on year (YoY) ekspor Indonesia naik dibanding bulan Juni 2023 sebesar USD 20,60 miliar.
ADVERTISEMENT
"Total nilai ekspor mengalami penurunan secara bulanan, didorong oleh penurunan ekspor non migas yaitu pada komoditas bijih, logam, perak, abu yang masuk dalam kelompok HS 26 ini turun sebesar 98,32 persen dimana andilnya terhadap ekspor non migas sebesar 4,75 persen," ujarnya.
Nilai ekspor migas pada Juni 2024 mencapai USD 1,23 miliar, turun 13,24 persen dibanding Mei 2024 senilai USD 1,42 miliar. Sementara nilai ekspor non migas selama Juni 2024 tercatat USD 19,61 miliar, turun 6,20 persen dibandingkan Mei 2024 yang tercatat USD 20,91 miliar.
"Jadi secara bulanan, sektor migas dan non migas mengalami penurunan," jelas dia.
Sedangkan jika dilihat secara tahunan, ekspor migas turun 2,26 persen. Kemudian nilai ekspor non migas secara tahunan tercatat naik 1,40 persen.
ADVERTISEMENT
Adapun secara kumulatif, total nilai ekspor sepanjang Januari-Juni 2024 mengalami penurunan sebesar 2,76 persen secara tahunan. Pada Junuari-Juni 2024 total ekspor tercatat sebesar USD 125,09 miliar sementara pada Januari-Juni 2023 tercatat USD 128,64 miliar.
"Andil utama penurunan nilai ekspor disumbang oleh sektor pertambangan dan lainnya turun 3,21 persen," ujarnya.

Impor

Amalia mengungkapkan, total nilai impor mengalami penurunan. Nilai impor Indonesia pada Juni 2024 mencapai USD 18,45 miliar atau turun 4,89 persen dibanding Mei 2024 yang tercatat USD 19.40 miliar. Sedangkan jika dibandingkan Juni 2023, kinerja impor bulan ini tercatat naik sebesar 7,58 persen.
Nilai impor migas selama Juni 2024 tercatat USD 3,27 miliar naik 19,01 persen secara bulanan. Kemudian untuk impor non migas pada Juni 2024 senilai USD 15,18 miliar, turun 8,83 persen dibandingkan Mei 2024 yang tercatat USD 16,65 miliar.
ADVERTISEMENT
Secara year on year, impor migas naik dari USD 2,22 miliar pada Juni 2023 menjadi USD miliar pada 3,27 2024. Sementara impor non migas secara yoy juga naik dari USD 14,93 miliar pada Juni 2023 menjadi USD 15,18 miliar pada Juni 2024.
"Penurunan nilai impor secara bulanan ini disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan sebesar 7,58 persen," ujarnya.
Adapun secara kumulatif, total nilai impor Indonesia periode Januari-Juni 2024 mengalami naik sebesar 0,84 persen secara tahunan. Pada Januari-Juni 2024 impor tercatat sebesar USD 109,64 miliar, sementara pada Januari-Juni 2023 nilai impor tercatat USD 108,73 miliar.
"Andil utama peningkatan nilai impor tersebut disumbang oleh impor hasil minyak sebesar 1,02 persen," kata Amalia.
ADVERTISEMENT