Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Neraca Perdagangan RI di Februari 2018 Defisit Rp 1,6 Triliun
15 Maret 2018 12:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adapun laju impor selama bulan lalu USD 14,2 miliar, sementara ekspor sebesar USD 14,1 miliar .
"Defisit dagang selama bulan lalu tersebut lebih kecil dibandingkan Januari 2018, tapi harus jadi perhatian karena tiga bulan berturut-turut neraca perdagangan kita defisit dari Desember 2017," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Shariyanto di Gedung BPS, Jakarta, Kamis (15/3).
Lebih lanjut dia mengatakan, defisit tersebut lebih disebabkan oleh surplusnya neraca sektor nonmigas, sebesar USD 119 juta atau 32,57 juta ton selama bulan lalu. Secara kumulatif, neraca perdagangan dari tahun ke tahun Januari-Februari 2018 tercatat defisit USD 0,87 miliar.
"Tentunya kita tidak berharap itu terjadi, mulai bulan depan harapnnya naik kembali sehingga performa neraca perdagangan kita diharapkan jauh lebih baik dibanding 2017," kata dia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan negaranya, perdagangan Indonesia dengan AS tercatat surplus USD 1,4 miliar, disusul India yang surplus USD 1,3 miliar, Belanda surplus USD 439 juta. Artinya, Indonesia lebih banyak mengeskpor ke negara tersebut.
Sementara perdagangan Indonesia dengan China tercatat defisit sebesar USD 3,2 miliar, Thailand USD 665 juta, dan Australia USD 421,9 juta. Ini mengartikan bahwa negara-negara tesebut paling banyak impor ke Indonesia.
"Negara dengan defisit terbesar pertama itu China, Thailand, Australia, Korsel, Jerman, Jepang dan Brasil," tambahnya.