Nilai Ekonomi RI Tidak Jelek-jelek Banget, Bahlil Beberkan Keberhasilan Jokowi

11 Juli 2022 19:19 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi saat mengunjungi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat mengunjungi Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (8/6/2022). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menilai upaya pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19 sudah membuahkan hasil. Salah satunya terlihat dari survei Indikator Politik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei tersebut, 40,5 persen responden melihat ekonomi rumah tangganya lebih baik atau jauh lebih baik pada Juni 2022 daripada kondisi ekonominya di tahun lalu selama pandemi berlangsung.
Bahlil menjelaskan, hasil survei itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin membaik, lantaran ada peningkatan dari April lalu yang hanya sekitar 37-39 persen masyarakat melihat ekonomi rumah tangganya membaik.
"Pemerintah dalam menjalankan kenegaraan itu memakai sistem rem dan gas khususnya dalam masa pandemi. Ekonomi kita yang tidak terlalu baik tetapi tidak jelek-jelek banget, itu tercermin juga dari ekonomi rumah tangga," katanya saat rilis survei Indikator Politik Indonesia, Senin (11/7).
Dia melanjutkan, agar ekonomi membaik, masyarakat harus memiliki kepastian pendapatan karena ekonomi rumah tangga itu meningkat jika ada daya beli. Sementara itu, pendapatan baru ada ketika masyarakat memiliki pekerjaan.
ADVERTISEMENT
"Lapangan pekerjaan itu yang paling fokus kita lakukan sekarang, perintah bapak presiden bagaimana mendorong sektor-sektor investasi agar bisa masuk. Tapi jangan hanya lihat dari investasi besar tetapi juga investasi kecil dan UMKM juga kita dorong," jelasnya.
Bahlil berkata, upaya kedua adalah menggenjot Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kata dia, KUR di tahun ini mencapai Rp 300 triliun ditujukan kepada masyarakat menengah bawah. Implikasinya, ekonomi yang lemah saat ini perlahan mulai bangkit.
Lalu upaya ketiga adalah konsistensi pemerintah Jokowi dalam mendorong investasi-investasi besar yang berdampak pada nilai tambah, terutama hilirisasi. Bahlil menilai, kondisi ekonomi ini tidak terlepas dari stabilitas politik dan keamanan.
"Jujur, tidak akan ada investasi yang masuk ke republik ini kalau ada keraguan dua hal itu. Satu alasan stabilitas, kedua persoalan hukum. Tidak akan mungkin," tegasnya.
ADVERTISEMENT

Masyarakat Tidak Puas terhadap Kinerja Presiden karena Harga Pangan Naik

Adapun survei tersebut juga mengungkap persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional trennya masih negatif, di mana lebih banyak yang mengatakan kondisinya buruk dan sangat buruk. Namun, trennya menurun dari April 2022 lalu.
Selain itu, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi di Juni 2022 tercatat sebesar 67,5 persen. Meski begitu, 30 persen atau 1/3 masyarakat masih tidak puas, faktor utamanya adalah harga kebutuhan pokok yang naik.
Bahlil menganggap, kondisi ini tidak lepas dari situasi ekonomi global imbas perang Rusia Ukraina yang mendorong tingkat inflasi. Selain itu, harga migas juga terkerek mengakibatkan hambatan dalam daya beli masyarakat
"Tidak ada sebuah negara di dunia ini yang ekonominya tumbuh bagus kalau stabilitas politiknya tidak bagus," katanya.
ADVERTISEMENT