Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan NTP ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (IT) sebesar 0,50 persen. Meskipun penurunan tersebut lebih tinggi dari penurunan indeks yang dibayar petani (IB) sebesar 0,32 persen.
“Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani atau IT turun sebesar 0,50 persen lebih tinggi dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani atau IB yang sebesar 0,32 persen,” kata Amalia dalam konferensi pers di kantornya, Senin (3/3).
Amalia menjelaskan, komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan IT secara nasional adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, dan kakao.
“Subsektor yang mengalami peningkatan NTP di antaranya adalah tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan,” imbuh Amalia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah peternakan dan hortikultura. Subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP sebesar 6,84 persen karena penurunan IT yang sebesar 7,08 persen, lebih besar dari penurunan IB yang sebesar 0,25 persen.
Lalu komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan IT adalah cabai rawit, bawang merah, cabai merah, tomat, dan kol kubis.
Secara wilayah, ada 22 provinsi mengalami kenaikan NTP pada Februari 2025 dengan peningkatan tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 4,14 persen.
Sementara itu 16 provinsi mengalami penurunan NTP dengan penurunan terdalam terjadi di Sumatera Barat sebesar 2,79 persen.
“Penurunan ini karena IT mengalami penurunan lebih besar dari penurunan IB. Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan IT di provinsi ini adalah kakao atau coklat biji, bawang merah, gabah, kol, dan telur ayam ras,” tutur Amalia.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan yang sama, Amalia juga membeberkan Nilai Tukar Nelayan (NTN) mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen. Penyebabnya adalah kenaikan IT sebesar 0,89 persen dan penurunan IB yang sebesar 0,01 persen.
“Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan IT adalah tongkol layang, cakalang, teri, dan cumi-cumi,” terangnya.