OPEC: Dunia Butuh Rp 128 Kuadriliun Buat Investasi Migas hingga 2045

24 November 2022 12:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Aljir, Aljazair
 Foto: Ramzi Boudina/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Logo Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Aljir, Aljazair Foto: Ramzi Boudina/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ketahanan energi jadi salah satu masalah utama global saat ini di tengah panasnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Energi fosil berupa minyak dan gas (migas) masih menjadi tumpuan untuk memenuhi kebutuhan energi dunia.
ADVERTISEMENT
Senior Upstream Oil Industry Analyst Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) Mohammad A. Al Kazimi mengatakan industri migas butuh investasi yang besar. Nilainya mencapai USD 12 triliun atau setara Rp 187,65 kuadriliun (kurs Rp 15.638 per dolar AS).
“Kami tegaskan berkali-kali bahwa sektor ini butuh investasi yang sangat besar. Hingga 2045, proyeksi kami, butuh investasi USD 12 miliar dari hulu (upstream), tengah (midstream), dan hilir migas (downstream),” katanya di International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11).
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto membuka International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Meski saat ini banyak negara berlomba-lomba untuk beralih ke energi baru dan terbarukan yang lebih bersih, energi dari sumber migas masih sangat dibutuhkan. Hal ini terlihat dari konflik di Rusia dan Ukraina yang membuat negara-negara di Eropa, sebelumnya menggunakan EBT, kini kembali menghidupkan PLTU berbasis batu bara.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, OPEC juga menyadari energi baru dan terbarukan tetap penting untuk dibangun saat ini. Angin dan matahari jadi dua sumber EBT yang menurutnya akan banyak dibangun ke depannya. Karena itu, banyak para anggota OPEC mulai diversifikasi portofolio energi mereka.
“Singkatnya, permintaan minyak akan tetap tinggi. Semua jenis energi dibutuhkan di masa depan, di tengah tren energi berkelanjutan. Kami sadar EBT itu juga penting dalam mengatasi perubahan iklim dunia,” ujarnya.

RI Butuh Rp 2,8 Kuadriliun untuk Genjot 1 Juta Barel Minyak

Sementara di dalam negeri, Indonesia butuh USD 179 miliar, setara Rp 2,8 kuadriliun untuk kejar produksi 1 juta barel minyak mentah per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030. Untuk mengejarnya, industri butuh biaya yang tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan target 1 juta barel masuk dalam program jangka panjang untuk penuhi kebutuhan energi nasional.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (kanan) dan Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto di International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Rabu (23/11/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
"Untuk mencapai target jangka panjang tersebut, kami perkirakan industri hulu migas membutuhkan investasi sebesar USD 179 miliar (setara Rp 2,8 kuadriliun dengan kurs Rp 15.693 per dolar AS),” kata Dwi di acara yang sama, Rabu (23/11).
Dwi menjelaskan, karena modal untuk mengejar target 2030 ini besar, diperlukan kolaborasi antara kontraktor, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha di industri migas.