Orang Indonesia Jadi Enggan Buru-buru Menikah, Apa Penyebabnya?

9 Maret 2024 7:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita sudah menikah. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita sudah menikah. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Angka pernikahan di Indonesia terus menurun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan per tahunnya sempat mencapai rekor tertinggi sebanyak 2,21 juta pasangan, pada 2013 lalu
ADVERTISEMENT
Namun, di tahun-tahun selanjutnya kemudian bergerak fluktuatif, lantas konsisten turun lima tahun berturut-turut sejak 2019, hingga di bawah angka 1,6 juta pasangan pada 2023.

Lantas apa penyebab orang Indonesia malas menikah?

Perencana keuangan Mike Rini membeberkan penyebab menurunnya angka pernikahan di Indonesia. Banyak faktor orang menunda menikah, mulai dari faktor ekonomi, sosial budaya, hingga pendidikan.
“Jadi berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa yang menunda pernikahan semakin banyak,” kata Rini kepada kumparan, Jumat (8/3).
Rini menilai faktor ekonomi menjadi penyebab mengapa generasi muda untuk menunda pernikahan. Sehingga menyebabkan angka pernikahan menurun. Salah satunya, berkaitan dengan tingginya biaya pernikahan.
Mike Rini Sutikno. Foto: kumparan
“Jika kita amati pembicaraan di media termasuk media sosial seringkali diangkat mengenai topik tingginya biaya pernikahan baik dalam hal pesta pernikahan maupun kebutuhan pasca-pernikahan, ini memperlihatkan keresahan masyarakat yang dapat menjadi hambatan bagi pasangan yang ingin menikah,” tutur Rini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, perencana keuangan, Andy Nugroho, mengatakan semakin baiknya literasi finansial masyarakat khususnya di kalangan gen Z dan milenial, mereka sadar dana yang dibutuhkan untuk menikah itu tidak sekadar hanya untuk biaya pernikahan saja.
"Namun juga untuk berumah tangga sampai membiayai sekolah anaknya kelak,” tutur Andy.
Faktor kedua adalah mental, Andy menilai kaum muda kini lebih memperhatikan kesehatan mental sebelum menikah. Sehingga akan mempersiapkan mental terlebih dahulu.
Faktor ketiga adalah prioritas hidup. Andy melihat, prioritas hidup mempengaruhi penurunan angka pernikahan di Tanah Air. “Memilih untuk melanjutkan sekolah dahulu atau meniti karier lebih dahulu, karena mungkin mereka beranggapan akan lebih gampang untuk mengejar cita-citanya lebih dahulu ketika mereka masih single,” kata Andy.
Andy Nugroho. Foto: Dok. Istimewa
Faktor keempat adalah pola pikir yang berubah. Perencana keuangan, baik Andy maupun Mike memandang saat ini telah terjadi perubahan pola pikir di masyarakat yang berkaitan dengan pernikahan sebagai komitmen jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Andy dan Mike Rini juga kompak memandang semakin banyak kasus perceraian di lingkungan sekitar atau di media massa, dapat mempengaruhi pandangan anak muda terhadap pernikahan. Ketakutan atau trauma terhadap pengalaman negatif dari lingkungan sekitar dapat membuat seseorang lebih berhati-hati dalam memutuskan untuk menikah. Ini menjadi faktor kelima, yakni faktor sosial.
“Faktor trauma ini meliputi KDRT, perselingkuhan, perceraian yang dialami oleh orang lain, yang membuat orang enggan untuk menikah cepat-cepat karena takut mengalaminya juga,” pungkas Andy.